KEKUASAAN VOC


1. Kedatangan Belanda

Pada 1596, ekspedisi Belanda mendarat di pelabuhan Banten. Rombongan pertama Belanda tidak membuahkan hasil yang diharapkan. Houtman dan anak buahnya diusir penduduk setempat karena sikap mereka yang kasar dan sombong. Ekspedisi ini pulang dengan tangan hampa. Namun meraka telah membawa rute bagi perjalanan berikutnya. Ekspedisi kedua Belanda di bawah pimpinan Jacob van Neck berhasil mendarat di Banten pada 1598. Berbekal pengalaman sebelumnya, kedatangan mereka diiringi sikap yang baik sehingga mereka diterima penduduk setempat, apalagi saat itu penduduk Banten sedang berseteru dengan Portugal. Situasi ini menjadi peluang bagi Belanda untuk membina kerjasama di bidang perdagangan. Setelah mendapatkan apa yang mereka mau dan keuntungan yang banyak, ekspedisi ini kembali ke negeri Beland dengan muatan kapal yang penuh rempah-rempah. Keberhasilan ekspedisi kedua ini telah mendorong banyak pedagang Belanda untuk kembali ke nusantara. 




2. Pembentukan Kongsi Dagang Belanda

Dengan semakin banyaknya pedagang-pedagang Belanda yang mendatangi kepulauan Nusantara, maka hal ini mengakibatkan timbulnya rasa persaingan di antara sesama pedagang Belanda yang justru memperlemah kedudukan pedagang Belanda di nusantara. Apalagi mengingat Inggris dan Perancis yang telah memikili perkumpulan pedagang atau kongsi dagang yang sudah terbentuk dengan kuat. Atas dasar itulah, Johan van Oldenbarnevelt, kemudian mengusulkan agar masyarakat Belanda membuat kongsi dagang seperti kongsi dagang milik Inggris dan Perancis.

Pada 20 Maret 1602, Perseroan – perseroan yang saling bersaing bergabung membentuk perserikatan Maskapai Hindia Timur, bernama Vereenigde Oost-Indische Compagnie (VOC). Kepentingan yang bersaing itu diwakili oleh sistem majelis (kamer) untuk enam wilayah di Belanda. Setiap majelis mempunyai sejumlah direktur yang telah disetujui yang berjumlah tujuh belas orang yang disebut sebagai Heeren XVII (tuan-tuan tujuh belas). 

Tujuan didirikannya VOC yaitu: 
Menghilangkan persaingan yang merugikan para pedagang Belanda. 
Menyatukan tenaga untuk menghadapi persaingan dari Portugal dan pedagang-pedagang nusantara. 
Mencari keuntungan yang sebesar-besarnya untuk menghadapi perang melawan Spanyol 

VOC merupakan perhimpunan dagang di kalangan swasta Belanda. Kongsi dagang ini merasa berkewajiban membantu pemerintah Belanda dalam mendapatkan dana. Sebaliknya, pemerintah Belanda memandang perlu untuk memberikan sejumlah kewenangan kepada VOC yang kemudian disebut hak oktroi (hak paten).

  1. Hak-hak VOC yang diberikan pemerintah Belanda adalah sebagai berikut: 
  2. Hak memonopoli perdagangan. 
  3. Hak memiliki angkatan perang, berperang, mendirikan benteng-benteng dan menjajah. 
  4. Hak mengadakan perjanjian dengan raja atau penguasa setempat atas nama pemerintah Belanda. 
  5. Hak mencetak dan mengedarkan uang. 
  6. Hak mengangkat dan memberhentikan pegawai. 
  7. Hak menjalankan kekuasaan kehakiman. 
  8. Hak mengadakan pemerintahan sendiri. 
  9. Hak melakukan pungutan pajak. 
  10. Menjadi wakil pemerintah Belanda di Asia. 

Dengan hal-hak istimewa tersebut, VOC bukan saja sebagai kongsi dagang, tetapi juga merupakan pemerintah semi resmi. Pada tahun 1605, VOC dibawah pimpinan Steven van der Haagen berhasil merebut benteng portugis di Ambon. Untuk memperkuat kedudukannya maka VOC mengangkat seorang pimpinan yang berpangkat Gubernur Jendral.



3. Sepak Terjang VOC di Indonesia

Gubernur jendral VOC pertama di Indonesia adalah Pieter Both. Ia menentukan pusat kedudukan VOC di Ambon atas dasar kemudahan monopoli rempah-rempah. Ia berencana memindahkan kekuasaan ke Jayakarta karena dipandang lebih strategis dan berada dijalur perdagangan Asia. 

Berikut ini beberapa nama-nama Gubernur Jendral setelah Pieter Both :

1614-1615 Gerard Reynst

1616-1619 Laurens Reaal

1619-1623 Jan Pieterszoon Coen

1623-1627 Pieter Carpentier

1627-1629 Jan Pieterszoon Coen

1629-1632 Jacques Specx

1632-1636 Hendrik Brouwer

1636-1645 Antonio van Diemen

1645-1650 Cornelis van der Lijn

1650-1653 Carel Reyniersz

1653-1678 Joan Maetsuycker

1678-1681 Rijcklof van Goens

1681-1684 Cornelis Speelman

1684-1691 Johannes Camphuys

1691-1704 Willem van Outhoorn

1704-1709 Joan van Hoorn

1709-1713 Abraham van Riebeeck

1713-1718 Christoffel van Swoll

1718-1725 Hendrick Zwaardecroon

1725-1729 Mattheus de Haan

1729-1731 Diederik Durven

1732-1735 Dirk van Cloon

1735-1737 Abraham Patras

1737-1741 Adriaan Valckenier

1741-1743 Johannes Thedens (waarnemend)

1743-1750 Gustaaf Willem Baron van Imhoff

1750-1761 Jacob Mossel

1761-1775 Petrus Albertus van der Parra

1775-1777 Jeremias van Riemsdijk

1777-1780 Reinier de Klerk

1780-1796 Willem Arnold Alting


4. Politik Ekonomi VOC


Usaha VOC untuk mendapatkan untung yang sebesar-besarnya adalah melalui monopoli perdagangan. Untuk itu VOC menerapakan beberapa aturan dalam melaksanakan monopoli perdagangan antara lain :

1. Verplichhte Leverantie

Verplichhte Leverantie yaitu penyerahan wajib hasil bumi dengan harga yang telah ditetapkan oleh VOC. Peraturan ini melarang rakyat untuk menjual hasil bumi kepada pedagang lain selain VOC.

2. Contingenten

Contingenten yaitu kewajiban bagi rakyat untuk membayar pajak berupa hasil bumi.

3. Ektripasi

Ektripasi yaitu hak VOC untuk menebang tanaman rempah-rempah agar tidak terjadi kelebihan produksi yang dapat menyebabkan harga merosot.

4. Pelayaran Hongi

Pelayaran Hongi yaitu pelayran dengan menggunakan prahu kora-kora untuk mengawasi pelaksanaan perdagangan VOC dan menindak pelanggarnya.

5. Sistem Birokrasi VOC

Untuk memerintah wilayah-wilayah di Indonesia, VOC mengangkat seorang gubernur jendral yang dibantu oleh empat orang anggota yang disebut Raad van Indie (dewan India). Dibawah gubernur jendral ada gubernur yang memimpin suatu daerah, serta dibawah gubernur ada residen yang dibantu oleh asisten residen. Beberapa gubernur jendral VOC yang duianggap berhasil mengembangkan usaha dagang dan kolonisasi di Indonesia: 
a. Jaan Pieterszoon Coen ( 1619-1629 ) 
b. Antonio van Diemen ( 1636-1645 ) 
c. Joan Maetsycker ( 1653-1678 ) 
d. Cornelis Speelman ( 1681-1684 ) 

Dalam melaksanakan sistem pemerintahan VOC menerapkan sistem pemerintahan tidak langsung dengan memanfaatkan sistem feodalisme yang sudah berkembang di Indonesia.

6. Sebab Jatuhnya VOC


1. Sistem Monopoli VOC dengan Akibat-Akibat yang Merugikan

Tujuan Monopoli dagang ini adalah untuk memperoleh keuntungan sebanyak mngkin dari perdagangan dan tidak memperhatikan kehidupn atau membuat kebaikan terhadap orang-orang pribumi. Akibatnya penduduk pribumi menjadi sangat miskin dan bodoh. Mereka tidak dapat membeli barang-barang produksi yang dijual oleh Belanda.

Beberapa kebijakan Belanda yang meyebabkan orang-orang Indonesia terus miskin:

1. Membeli murah, menjual mahal

Belanda selalu membeli hasil bumi orang-orang Indonesia dengan harga murah, sedangkan bahan-bahan makanan, kain dan barang-barang lainya dijual mahal kepada penduduk.

2. Menjaga jumlah barang yang dimonopoli

Peraturan ini dijalankan supaya harga barang-barang tidak merosot. Jika permintaan tinggi, maka pengeluaran dilebihkan dengan syarat harganya tidak jatuh. Biasanya hasil yang berlebihan dengan menebang dan memusnahkan pohon-pohon, membakar atau mengubur hasil-hasil yang berlebihan itu supaya harganya tetap tinggi.

3. Kerja paksa, peyelundupan dan perompakan di laut

Agar bisa mengontrol secara ketat terhadap hasil yang berlebihan serta memperoleh tenaga yang murah, maka Belanda melakukan kerja paksa. Kerja paksa yang berlebihan meyebabkan para petani itu masih meyediakan makananya sendiri, namun juga pernah menerima rangsum dari pemerintah Belanda. Monopoli Belanda ini juga menyebabkan terjadinya peyelunduban dan perompakan laut.

4. Menjaga monopoli terhadap tanaman-tanaman

Disamping menjaga stok barang, Belanda juga menjaga tanaman-tanaman agar hasilnya tidak melebihi permintaan pasar,terutama tanaman rempah-rempah di Maluku, gula di Jawa dan lada dari Aceh.Untuk menjaga tanaman rempah-rempah di Maluku, Belanda melakukn pelayara Hongi yaitu pelayaran bersenjata untuk memusnahkan tanaman rempah-rempah yang dianggap melanggar peraturan. Pengawasan yang dilakukan Belanda ini membutuhkan biaya mahal dan juga menimbulkan dendam dari penduduk yang dirusak tanamanya, akibatnya VOC sekali lagi mengalami kerugian.

2. Cara Kerja yang tidak efektif dan efesien


Pada mulanya VOC itu dimaksutkan sebagai bada perdagangan semata-mata. Tetapi setelah VOC itu berubah menjadi badan pemerintah, maka anggaran pemerintahan atas seluruh wilayah kekuasaannya melebihi keuntungan yang diperoleh. Pegawai-pegawai yang diangkat berdasarkan keinginan VOC dan tidak sesuai profesinya ini hanya diberi gaji kecil. Akibatnya terjadilah perdagangan pribadi dari pegawai yang paling rendah hingga Gubernur Jendral.

Sementara itu perlawanan dari rakyat Indonesia tidak ada heni-hentinya mlai dari perlawanan Sultan Agung, Sultan Hasanudin, Trunajaya, Sultan Ageng, Untung Surapati, Raden Mas Said, dan Pangeran Mangkubumi menyebabkan kas VOC semakin berkurang. Namun gaji yang rendah juga mendorong terjadinya korupsi besar-besaran sehingga keuntungan VOC semakin habis.

Ada beberapa cara pegawai VOC untuk memperkaya diri, yaitu :
  1. Karena jabatan-jabatan dapat dibeli maka para pegawai VOC dapat megang lebih dari satu. 
  2. Para pegawai VOC menjual barang-barang kepada VOC dengan harga yang lebih tinggi. 
  3. Mereka mencuri barang-barang dari gudang VOC dan membaginya kepada sesama pegawai VOC. 
  4. Sewaktu ingin mengirim barang, timbangan-timbangan dilakukan secara tidak betul sehingga terjadi sisa barang yang kemudian dijadikan milik pribadi. 
  5. Mereka mempergunakan kemudahan-kemudahan VOC untuk menjalankan perdagangan pribadi. 
3. Saingan Perdagangan

Mula-mulanya Belanda menghadapi persaingan Portugis dan Inggris. Perdagangan Portugia akhirnya dapat dilumpuhkan. Sedangkan Inggris yang awalnya dapat didesak, namun karena menguasai jalur perdagangan Selat Malaka, maka akhirnya justru menjadi persaingan Belanda yang utama dari Eropa. Disamping Inggris, orang-orang Bugis dengan pusat perdaganganya di Riau juga menjadi saingan yang hebat terhadap perdagangan Belanda. Pertempuran-pertempuran laut antara Inggris-Belanda dan Perancis dalam tahun 1780-1783 semakin berat beban keuangan yang ditanggung Belanda.

4. Kemerosotan Perdagangan VOC

Kemerosotan ini tentu saja disebabkan oleh saingan-saingan dari perdagangan-perdagangan lain dan juga sebagai akibat dari keburukan sistem monopoli VOC. Sementara itu barang-barang impor yang dimasukan Belanda ke Indonesia, seperti kain, yang diharapkan akan dijual teryata rakyat tidak mampu membelinya. Akibatnya, perdagangan Belanda semakin kecil sementara kekuasaan politik mereka semakin bertambah besar.

5. Besarnya Biaya untuk Menghadapi Perlawanan-perlawanan Rakyat

Keuntungan yang semakin berkurang dan biaya pemerintahan yang semakin bertambah, ditambah lagi VOC harus menghadapi perlawanan-perlawanan yang dilakukan bangsa Indonesia. Peperangan dengan Mataram, Banten, Makasar, bahkan campur tangan Belanda dalam perang perebutan tahta di Mataram sampai tiga kali,terutama perang melawan raden Mas Said dan Pangeran Mangkubumi menelan biaya banyak.

6. Pembagian Keuntungan yang Mengecewakan terhadap Pemegang Saham

Dalam membagi keuntungan kepada para pemegang saham dalam kongsi dagang Belanda itu berlangsung secara tidak transparan. Dalam pembagian keuntungan itu, kadang VOC memberi keuntungan 50 % dari modalnya. Dalm tahun-tahun apabila VOC mendapat sedikit keuntungan, para pemegang saham itu jusru tidak diberi apa-apa. Teryata dengan memberikan keuntungan yang besar pada saat VOC merugi mengakibatkan hutang VOC semakin besar.

7. Perang Inggris-Belanda dan Perancis 1780-1784

Permusuhan Inggris-Belanda dan Perancis dalam tahun 1780-1784 teryta merupakan pukula yang terakhir terhadap keungan VOC. Peragangan Belanda terhenti di semua kawasan akibat pengepungan Angkatan Laut Inggris yang sangat kuat, bahkan VOC terblokade. Sebagai akibat pula, maka dana yang dikeluarkan untuk menghadapi Inggris itu terlampau besar untuk ditanggung oleh kongsi dagan yang sedang paiili itu.

Daftar Pustaka

Targiatmi, Eko, 2010, Sejarah untuk SMA/MA Kelas XI IPA Semester 1, Sukoharjo : Sindunata.

M.C Ricklefs, Sejarah Indonesia Modern, Yogjakarta : Gajah Mada University Press, 1999.

Listiani Dwi, Sejarah untuk SMA/MA XI IPS,Jakarta : Pusat Pembukuan Departemen Pendidikan Nasional, 2009.

Badrika, I Wayan, 2006, Sejarah untuk SMA Kelas XI IPS, Jakarta : Erlangga.

Wiharyanto,Kardiyat, Sejarah Indonesia Madya abad XVI-XIX, Abdika, 2006.








Post a Comment

Previous Post Next Post