A. Pengertian zaman Pra aksara
Pra-aksara berasal dari gabungan kata, yaitu pra dan aksara. Pra artinya sebelum dan aksara berarti tulisan. Dengan demikian, yang dimaksud masa pra-aksara adalah masa sebelum manusia mengenal bentuk tulisan. Masa pra-aksara disebut juga dengan masa nirleka (nir artinya tidak ada, dan leka artinya tulisan), yaitu masa tidak ada tulisan. Masa praaksara disebut juga dengan masa pra-sejarah, yaitu suatu masa dimana manusia belum mengenal tulisan. Adapun masa sesudah manusia mengenal tulisan disebut juga dengan masa aksara atau masa sejarah.
Kehidupan manusia pada masa pra-aksara dapat diketahui dari peninggalan-peninggalan yang ditinggalkan oleh manusia yang hidup pada waktu itu. Peninggalan itu dapat berupa artefak dan fosil. Artefak wujudnya berupa benda-benda purbakala. Benda-benda tersebut dapat membantu kita untuk memperkirakan bagaimana perkembangan kehidupan manusia. Sementara itu, fosil yang berupa sisa-sisa tulang belulang manusia, hewan, dan tumbuhan yang sudah membatu, dapat membantu pada kita mengenai pertumbuhan fisik manusia pada masa pra-aksara. Bekas-bekas atau sisa-sisa manusia, tumbuhan, dan binatang yang telah membatu itu terdapat dalam lapisan-lapisan bumi.
Berdasarkan benda-benda peninggalan yang ditemukan, masa pra-aksara/pra-sejarah dibagi menjadi:
1. Zaman batu, terbagi atas beberapa periode,yaitu:
a. zaman batu tua (Paleolithkum);
b. zaman batu tengah (Mesolithikum);
c. zaman batu muda (Neolithikum);
d. zaman batu besar (Megalithikum).
2. Zaman logam, dibagi atas:
a. zaman tembaga,
b. zaman perunggu,
c. zaman besi.
B. Zaman Batu
Zaman batu yaitu zaman ketika manusia mulai mengenal alat-alat yang terbuat dari batu. Pada zaman ini, bukan berarti alat-alat dari kayu atau bambu tidak dibuat. Alat yang terbuat dari bahan kayu atau bambu mudah rapuh, tidak tahan lama seperti dari batu, bekas-bekas peninggalannya tidak ada lagi.
1. Zaman Batu Tua (Paleolitikum)
Zaman batu tua (Paleolitikum diperkirakan berlangsung selama masa Kala Plestosen kira-kira 600.000 tahun yang lalu. Pada zaman batu tua , alat-alat budaya yang ditemukan terbuat dari batu yang dibuat dengan sangat kasar serta sederhana. Cara pembuatannya hanya dibentur-benturkan antara batu yang satu dengan lainnya. Alat-alat budaya dari zaman batu ini banyak ditemukan di pulau Jawa. Alat-alat budaya yang ditemukan terbuat dari batu yang dibuat dengan kasar serta sederhana. Berdasarkan tempat penemuannya, hasil kebudayaan zaman batu tua dibagi menjadi dua yaitu:
Ø Kebudayaan Pacitan
Tahun 1935 Von koenigswald mengadakan penggalian di kali Baksoko, desa Punung, Pacitan, Jawa Timur dan menemukan alat-alat dari batu berupa kapak genggam, kapak perimbas, kapak penetak,pahat genggam. Disamping itu, dikomplek kebudayaan Pacitan banyak ditemukan alat-alat yang berukuran lebih kecil yang dinamakan flakes (alat serpih). Alat-alat batu dari Pacitan ditemukan pada lapisan Trinil yang termasuk lapisan Plestosen tengah. Disamping didaerah Pacitan, alat-alat batu sejenis juga terdapat didaerah-daerah Sukabumi, Gombong, Tambang sawah (Bengkulu), Lahat (Sumatra Selatan), Lampung, Kalimantan Selatan, Bali, Flores, Sumbawa.
Ø Kebudayaan Ngandong.
Peralatan budaya zaman batu tua juga banyak ditemukan didaerah sekitar Ngandong dan Sidoarjo dekat Ngawi Jawa timur. Alat yang ditemukan di daerah Ngandong berupa kapak genggam dari batu serta alat-alat serpih (flakes) dan alat-alat dari tulang berupa alat penusuk (belati). Alat-alat kebudayaan Ngandong juga ditemukan di daerah Sangiran (Jawa Tengah) dan didaerah Cabenge (Sulawesi Selatan). Alat-alat yang berhasil ditemukan berupa alat-alat serpih (flakes) dan alat yang terbuat dari batu chalcedon.
Ciri-ciri kehidupan masyarakat di zaman paleolitikum:
a. Hidupnya nomaden atau selalu berpindah-pindah tempat.
b. Hidup dalam kelompok-kelompok kecil agar memudahkan mereka bergerak dalam mencari makanan.
c. Hidupnya sangat tergantung pada alam sekitar mereka.
d. Masih menggunakan alat-alat yang sangat sederhana untuk mendukung kegiatan mereka mencari makan. Alat yang dibuat masih dalam bentuk yang sangat kasar, contohnya kapak genggam yang berfungsi untuk memotong, menggali dan menguliti binatang.
e. Masih menggunakan bahasa yang sederhana untuk berkomunikasi.
2. Zaman Batu Tengah (Mesolitikum)
Zaman batu tengah (mesolitikum) berlangsung pada zaman Kala Holosen.Pada zaman batu tengah, alat-alat batu dari zaman batu tua masih terus digunakan dan telah mendapatkan pengaruh dari wilayah Asia daratan. Manusia pada masa ini telah mampu membuat gerabah yang dibuat dari tanah liat yang dibakar. Salah satu ciri khas kebudayaan batu tengah ialah adanya sampah-sampah dapur dari kulit kerang (Kjokkenmoddinger) yang banyak ditemukan disepanjang pesisir pantai timur Sumatra. Ciri khas lain adalah adanya kehidupan digua-gua (abris souch roche) didaerah pedalaman Jawa, Sulawesi, dan Nusa Tenggara Timur. Berdasarkan lokasi penyebarannya kebudayaan batu madya meliputi tiga jenis:
Ø Kebudayaan kapak genggam Sumatra (Pabble Culture)
Pada tahun 1925, arkeolog bernama P.V. Van Callenfels mengadakan penelitian disepanjang pesisir pantai Sumatra timur laut antara Langsa (Aceh) dan Medan, menemukan tumpukkan kulit kerang yang telah membatu dan tingginya mencapai tujuh meter atau disebut (Kjokkenmoddinger). Selain itu, dia juga menemukan beberapa peralatan manusia purba lainnya, seperti:
a. Pabble (kapak genggam Sumatra)
Pabble hanya ditemukan di Sumatra dan bentuknya berbeda dengan Chopper (kapak genggam) yang ditemukan di Pacitan. Selain itu ditemukan pula kapak pendek atau hache courte yang dibuat dengan cara memecahkan batu dikedua sisi lengkungnya.
b. Pipisan (batu penggiling beserta landasannya)
Fungsi benda ini diperkirakan untuk menghaluskan bahan cat merah sebagaimana terdapat pada bekas-bekasnya. Menurut ahli penggunaan cat merah ini ada kaitannya dengan kepercayaan ilmu sihir karena warna merah adalah warna darah yang meruakan tanda kehidupan. Selanjutnya cat merah itu dibubuhkan dibadan hingga merata dan orang yang memakainya diyakini akan bertambah kekuatan fisiknya.
c. Alu, lesung batu dan pisau batu
Ø Kebudayaan Tulang Sampung (Bone Culture)
Alat-alat dari batu dan tulang zaman batu madya banyak ditemukan pula di abris sous roche (gua-gua yang digunakan sebagai tempat tinggal). Pada tahun 1928 sampai 1931, Van Stein Callenfels pernah mengadakan penelitian di gua Lawa, Sampung Ponorogo Jawa timur. Berdasarkan penelitian tersebut ditemukan alat-alat dari tulang serta tanduk rusa karena hasil penemuan didaerah Sampung sebagian besar berupa alat-alat dari tulang maka hasil kebudayaannya dinamakan kebudayaan tulang Sampung (Sampung Bone Culture).
Ø Kebudayaan Toala (Flake Culture)
Pada tahun 1893 sampai 1896 Fritz Sarasin dan Paul Sarasin melakukan penelitian di gua-gua (abris sous roche) didaerah Lumacong, Sulawesi Selatan yang pada saat itu masih didiami suku bangsa Toala. Dalam penelitian tersebut mereka menemukan alat-alat serpih (flakes), mata panah bergerigi, dan alat-alat dari tulang. Pada penlitian gua-gua diwilayah Maros, Bone dan Banteng (Sulawesi Selatan) juga ditemukan alat-alat serpih dan batu penggiling, gerabah, dan kapak Sumatra (Pabble). Ciri khas kebudayaan Toala adalah flakes bergerigi.
Ciri-ciri zaman Mesolitikum
Berdasarkan penjelasan di atas, dapat kita ketahui bahwa zaman mesolitikum memiliki ciri– ciri sebagai berikut ini:
Ø Manusia di zaman ini sudah tidak lagi nomaden atau menetap di gua, maupun di pantai.
Ø Manusia zaman ini sudah mengumpulkan makanan dan bercocok tanam.
Ø Manusia zaman ini sudah bisa membuat kerajinan dari gerabah.
3. Zaman Batu Muda (Neolitikum)
Perkembangan kebudayaan zaman batu muda (Neolitikum) sudah sangat maju jika dibandingkan dengan masa sebelumnya. Hal ini disebabkan adanya migrasi secara bergelombang bangsa Proto Melayu dari wilayah Yunan di Cina Selatan ke wilayah Asia Tenggara termasuk ke Indonesia. Para pendatang tersebut membawa kebudayaan kapak persegi dan kapak lonjong serta menyebarkannya kedaerah-daerah yang dituju. Kedua kebudayaan itu akhirnya menjadi ciri khas kebudayaan zaman neolitikum. Pada masa ini muncul ketrampilan mengasah benda-benda hingga halus.
a. Kebudayaan kapak persegi
Kapak persegi berbentuk persegi panjang atau trapesium. Kapak persegi ditemukan di Sumatra, Jawa, Bali, Sulawesi, Nusa tenggara, Maluku dan Kalimantan. Kapak-kapak persegi itu terbuat dari batu-batu chalcedon yang sangat halus. Para arkeolog memperkirakan bahwa benda-benda tersebut kemungkinan dibuat sebagai lamabang kebesaran, jimat, alat upacara.
b. Kebudayaan kapak lonjong
Kapak lonjong yang berukuran besar dinamakan Walzenbeil, sedangkan kapak yang berukuran kecil disebut Kleinbeil. Daerah penyebaran kapak lonjong sebagian besar ditemukan di Papua.Didaerah lainnya kapak lonjong jua ditemukan di Sulawesi , Flores, Maluku, dll.
Selain kapak persegi dan kapak lonjong, ditemukan pula alat-alat lain seperti perhiasan dan tembikar. Perhiasan terutama ditemukan di Pulau Jawa dalam jumlah yang cukup besar. Alat-alat berbentu perhiasan seperti kalung dan gelang yang terbuat dari batu-batu indah. Sedangkan tembikar pada zaman ini memegang perann penting terutama sebagai alat penampung. Selain untuk keperluan sehari-hari juga ada jenis tembikar yang dipergunakan untuk alat-alat upacara yang dibuat indah.
Ciri-ciri zaman Neolitikum:
a. Peralatan sudah dihaluskan dan diberi tangkai.
b. Alat yang digunakan antara lain kapak persegi dan lonjong.
c. Pakaian terbuat dari kulit kayu dan kulit binatang.
d. Perhiasan terbuat dari kulit kerang, dan batu.
e. Tempat tinggal menetap.
f. Memiliki kemampuan bercocok tanam.
4. Zaman Batu Besar (Megalitikum)
Kebudayaan zaman batu besar adalah kebudayaan yang menghasilkan bangunan-bangunan monumental yang terbuat dari batu-batu besar. Tujuan pembangunan bangunan-bangunan tersebut adalah sebagai sarana pemujaan terhadap roh nenek moyang. Sampai saat ini masih banyak ditemui adanya sisa-sisa tradisi Megalitikum diberbagai wilayah di Indonesia seperti Pulau Nias (Sumatra), Sumba dan Flores (Nusa Tenggara) serta Toraja (Sulawesi Selatan). Adapun hasil kebudayaan pada zaman megalitikum terdiri atas:
Ø Menhir yaitu tugu besar dibuat dari batu inti yang masih kasar. Benda ini banyak ditemukan di Sumatra selatan, Sulawesi tengah dan Kalimantan.
Ø Dolmen yaitu batu besar seperti meja yang telah dihaluskan dan berfungsi sebagi tempat sesaji, banyak ditemukan di Bondowoso (Jawa Timur).
Ø Sarkofagus yaitu batu yang dibentuk seperti lesung, tetapi agak bulat terdiri atas wadah dan tutup. Benda ini banyak ditemukan di Bali.
Ø Peti kubur batu yaitu bangunan berupa peti batu dengan empat buah papan batu atau lebih dengan bentuk seperti peti mati zaman sekarang. Benda itu ditemukan di Sumatra dan kuningan, Jawa Barat.
Ø Waruga yaitu kubur batu yang mempunyai bentuk kubus atau bulat dengan tutup yang berbentuk menyerupai atap rumah.
Ø Punden berundak yaitu bangunan pemujaan yang tersusun bertingkat-tingkat.
Ciri-ciri zaman Megalitikum:
a. Food producing
b. Tempat tinggal menetap
c. Bercocok tanam, berternak, nelayan
d. Membuat alat-alat dari gerabah
C. Zaman Logam
Adanya zaman logam yang menggantikan zaman batu sebenarnya hanyalah untuk menyatakan bahwa pada saat itu logam mulai dikenal dan dipergunakan orang untuk bahan membuat alat-alat keperluan hidupnya. Pada umumnya para ahli mengatakan zaman logam Indonesia adalah zaman perunggu karena disamping alat-alat dari besi yang ditemukan jumlahnya terlalu sedikit, alat-alat dari besi juga tak begitu banyak bedanya dengan alat-alat dari peunggu. Hasil kebudayaan zaman perunggu terdiri atas kapak corong, nekara, barang-barang perhiasan, bejana perunggu, dan arca-arca perunggu.
1. Kapak corong
Kapak corong adalah kapak perunggu yang bagian atasnya berlubang berbentuk corong yang dipergunakan untuk memasukkan tangkai kayu. Banyak digunakan didaerah Sulawesi tengah, Sulawesi selatan, Jawa, Bali, Sumatra Selatan, pulau Selayar, dan Papua. Kapak corong yang digunakan untuk tanda kebesaran atau alat upacara dinamakan candrasa. Daerah penemuan candrasa adalah di Yogyakarta dan Pulau Roti NTT. Kapak corong banyak dibuat dengan teknik a cire perdue.
2. Nekara dan Moko
Nekara adalah gendering besar yang dibuat dari perunggu. Nekara banyak ditemukan didaerah Sumatra, Jawa, Bali, Sumbawa, Roti, kepulauan Kei. Nekara dan Moko mempunyai bentuk yang hampir sama dengan genderang tetapi ada sedikit penyempitan di bagian pingangnya. Biasa digunakan sebagai alat dari upacara. Perbedaan nekara dan moko terletak pada ukurannya, nekara mempunyai ukuran besar sedangkan moko mempunyai ukuran yang lebih kecil (mempunyai bentuk mirip nekara). Berdasarkan penyelidikannya nekara dipergunakan sebagai alat upacara keagamaan. Hiasan pada nekara dapat memberikan petunjuk adanya kegiatan keagamaan dan kebudayaan masyarakat yang berkembang pada saat itu.
3. Candrasa
Candrasa dipercaya biasa di gunakan sebagai alat upacara. Candrasa merupakan sejenis kapak yang sangat halus dalam pembuatannya, Buatannya yang sangat halus ini menandakan sudah tingginya kemampuan yang dimiliki oleh masyarakat pembuatnya.
4. Bejana Perunggu Bejana perunggu mempunyai bentuk seperti sebuah gitar Spanyol tetapi tidak mempunyai tangkai. Bejana perunggu mempunyai pola hiasan anyaman yang mirip dengan huruf J . Di wilayah Indonesia bejana perunggu ditemukan di pulau Madura dan pulau Sumatra.
5. Arca perunggu
Arca-arca perunggu yang ditemukan banyak yang menggambarkan manusia dan ada pula yang menggambarkan binatang. arca perunggu ditemukan daerah Bangkinang (Riau), Palembang(sumatra selatan), Bogor (limbangan), serta di Lumajang (provinsi Jawa Timur)
Tags:
Masa Praaksara