ALIRAN DIALEKTIKA DAN MATERIALISME HISTORIS

A. DIALEKTIKA

Dialektika merupakan buah pikiran dari Fredrick Hegel. Seluruh realita oleh Hegel dianggap sebagai proses menjadi sadarnya roh Absolut. Karena itu bagi Hegel sejarah merupakan sesuatu yang khusus. Setelah manusia muncul, maka Roh sadar akan diri sendiri. Proses menjadi sadar ini berlangsung terus secara dialektis dan berakhir apabila Roh menjadi Absolut. Menurut Hegel Roh sudah menjadi Absolut pada abad ke-19 dan menyadarkan Roh sudah selesai di segala bidang. Hal ini dapat dilihat dalam bidang politik di Prusia sesudah Revolusi Perancis, dalam bidang agama pada agama protestan dan dalam filsafat pada filsafat Hegel. Bagi Hegel sejarah dapat dikatakan belum berakhir dalam arti ada hari depan, karena peristiwa-peristiwa masih berlangsung. Tetapi sejarah sudah mencapai masa akhir dalam arti tidak lagi akan menjadi hal-hal yang sungguh-sungguh baru. Sejarah telah mencapai puncaknya pada abad ke-19. Roh telah menjalani segala kemungkinan untuk mencapai kesadaran yang mutlak. Maka sejarah hanya dapat mengulangi bentuk-bentuk atau tahapan yang lama.

Untuk mengerti filsafat Hegel ini harus diterangkan bentuk filsafatnya. Seluruh sistem Hegel terdiri dari suatu rangkaian-rangkaian dialektis dari tiga tahap, yaitu Tesis-antitesis-sintesis. Contoh : dari Ada-Tidak ada-menjadi.

Dialektis merupakan suatu irama yang memerintahkan seluruh pikiran Hegel. Kelemahan filsafat hegel antara lain bahwa segala sesuatu dicocokkan dengan struktur dialektis ini, dipaksakan untuk menerima bentuk yang sesuai dengan keseluruhan.

Dialektik ini memandang sejarah manusia sebagai keseluruhan perwujudan ide yang ilahi yaitu “yang mutlak” dan setiap bagian atau periode sejarah merupakan suatu langkah terus kearah penyempurnaan ide yang ilahi. Segala yang ada pada bagian penyempurnaan ini pasti ada yang berbudi dan segala yang ada adalah perkembangan yang akan datang.

Ide ilahi itu diwujudkan dengan kesempurnaan yang tertinggi dalam negara. Manusia menerima segala yang ia butuhkan untuk hidupnya, baik yang moral ataupun sosial dari negara. Manusia semata-mata tergantung kepada negara dan manusia harus mengabdi kepada negara sebagai sebuah instansi tertinggi di dunia.

Dalam pendapat ini bukan satu negara saja, melainkan ada banyak negara dan setiap manusia yang hidup dalam negaranya harus mengabdi dan tunduk kepada negara. Aliran ini memandang ide yaitu sesuatu yang mutlak sebagai sebuah sebab yang terakhir untuk segala kejadian dan setiap realita. Idelah yang menetapkan dan membentuk setiap yang disebut realitet dalam setiap fase (periode, langkah perkembangan sejarah).



B. MATERIALISME HISTORIS

Manusia dalam konsepsi penganut materialisme historis hanya dapat dipahami selama ditempatkan dalam kontek sejarah. Manusia pada hakikatnya adalah insan sejarah. Maksudnya yaitu bahwa manusia sebagai pelaku dan pencipta sejarah, yang dapat membuat sejarah baik berskala besar ataupun kecil.

Pendekatan Materialisme historis Karl Marx, seperti telah diungkapkan di atas, bertumpu pada dalil bahwa produksi dan distribusi barang-barang serta jasa merupakan dasar untuk membantu manusia dalam mengembangkan eksistensinya. Dengan demikian, perubahan sejarah terjadi. Perubahan sejarah terjadi dengan pertentangan kelas-kelas sosial. Jadi kelas-kelas sosial merupakan perubah sejarah dan yang menentukan jalan sejarah bukan individu-individu tetapi oleh kelas-kelas sosial.

Filsafat sejarah Marx merupakan filsafat perbuatan yang revolusioner, dan materi mendapatkan tempat yang penting. Marx menyatakan bahwa pada dasarnya perkembangan sejarah adalah pertentangan kelas yaitu antara kelas yang berproduksi dan kelas yang tidak berproduksi. Sejarah dimulai dengan masyarakat yang berbentuk komune yang masih primitive melalui masyarakat yang sukses, sehingga memiliki budak, berjalan menuju masyarakat feodal, meningkat ke materialisme dan akhirnya ke sosialisme yang menuju masyarakat tanpa kelas, suatu masyarakat komunis pada masa yang akan datang. 

Bertolak dari interpretasi ekonomi terhadap sejarah, selanjutnya materialisme historis Karl Marx dirinci dalam dinamika perubahan sosial kekuatan produksi dan hubungan produksi. Karl Marx memunculkan tesis sejarah perkembangan masyarakat, yaitu sejarah kemanusiaan berubah dari satu formasi sosial ekonomi ke formasi yang lebih baru. Menurut Karl Marx perkembangan sejarah kemanusiaan berwujud dalam lima tahapan. Kelima tahap tersebut saling terkait dan menunjukkan progesivitas yang berarti menuju tahap yang ideal. Kelima tahap tersebut yaitu :

1. Tahap masyarakat komunal primitif

Dalam tahap ini, masyarakat masih memakai alat-alat kerja yang tidak mengandalkan produktifitas dan sifatnya masih sederhana. Alat produksi bukan milik pribadi tetapi milik komunal atau milik semua orang. Dalam masyarakat primitif tidak dikenal surplus produksi di atas tingkat konsumsi, karena setiap orang hanya mampu memenuhi kebutuhannya sendiri. Keadaan tidak mengenal surplus ini tidak berlangsung lama karena masyarakat mulai menciptakan alat-alat produksi yang dapat memperbesar hasil produksinya. Perbaikan dan peningkatan alat produksi akan menimbulkan perubahan-perubahan sosial, dan pada titik inilah pembagian kerja dalam berproduksi tidak dapat dihindari. Kemudian pertukaran barang-barang mulai berlangsung meluas, meskipun mekanisme pasar yang diciptakan masih sederhana. Pada kondisi seperti itu, keperluan menghasilkan barang-barang yang dibutuhkan orang lain juga meningkatkan dan tentu dibutuhkan kaum pekerja dalam rangka meningkatkan produksi mereka. Jika berada dalam kondisi seperti itu, berarti mulai tercipta hubungan produksi dalam masyarakat komunal tersebut.

2. Tahap Masyarakat Perbudakan.

Tahap ini tercipta karena hubungan produksi yaitu hubungan antara orang-orang yang memiliki alat produksi dengan orang-orang yang hanya memiliki tenaga untuk bekerja. Proses hubungan dan pengabdian tenaga kerja mengakibatkan melipatgandanya keuntungan orang-orang yang memiliki alat produksi. Para budak atau pekerja hanya diberikan upah minim, yaitu upah yang cukup untuk mempertahankan tingkat kerjanya dan mempertahankan hidup.

Marx melihat hal tersebut sudah dibawah standar yang murah dan di saat yang sama pemilik alat-alat produksi tidak mau memperbaiki alat-alat produksi yang dimilikinya. Hal ini embuat para pekerja lama kelamaan menganggur. Kondisi seperti ini membuat kondisi diri para pekerja timbul rasa ketidakpuasan mengenai kedudukannya dalam produksi. Rasa ketidakpuasan inilah yang menjadi awal perselisihan antara budak sebagai pekerja dengan pemilik alat produksi sebagai tuannya.

3. Tahap Perkembangan Masyarakat Feodal

Tahap ini muncul setelah runtuhnya masyarakat perbudakan. Kaum feudal ditandai dengan pertentangan yang muncul di dalamnya. Kepemilikan alat produksi terpusat ditangan kaum bangsawan, terutama kaum bangsawan pemilik tanah (borjuis). Para buruh tani yang sebelumnya berasal dari kelompok budak, dimerdekakan oleh tuan pemilik tanah. Para buruh tani ini menggarap tanah kaum feodal, setelah itu baru menggarap tanah miliknya sendiri. Hubungan produksi itu mendorong adanya perbaikan produksi dan cara produksi di bidang pertanian, yaitu agar petani (buruh tani) menghasilkan pendapatan yang lebih layak. Pada tahap ini lahir juga dua golongan kelas dalam masyarakat yaitu kelas feodal (tuan tanah) dan kelas petani (buruh tani) yang melayani dan mengabdi untuk tuannya.

Kaum feodal adalah golongan yang menguasai hubungan sosial. Kedua kelas sosial ini memiliki kepentingan yang berbeda. Kaum feodal lebih mementingkan perolehan keuntungan sebesar-besarnya (kapitalisme) dan puncaknya yaitu adanya sistem kapitalisme. Sehingga mereka berusaha memperlebar sektor penghasilannya lewat pendirian pabrik-pabrik baru. Akibat kehadiran banyak pabrik, muncul para pedagang yang mencari pasar yang membantu dalam memasarkan hasil produksi yang semakin bertambah. Kehadiran para pedagang menjadi fenomena sosial baru, dan memunculkan terciptanya alat produksi dan sistem kapitalis, yang sekaligus menghendaki terhapusnya masyarakat feodalisme. Para pedagang sekaligus sebagai golongan baru, mereka dikenal sebagai kelas kaya baru (kelas borjuis), yang mulai memiliki alat-alat produksi dan berusaha sekuat tenaga untuk membentuk pasar bebas.

Proses dialektika historis menunjukkan bahwa kaum feodal terbukti tidak berdaya membendung lahirnya masyarakat kapitalis.

4. Tahap Masyarakat Kapitalis.

Tahap ini adalah tahap dimana masyarakat menghendaki kebebasan dalam mekanisme perekonomian. Hubungan produksi dalam sistem ini didasarkan pada kepemilikan individual masing-masing orang terhadap alat produksi. Kaum kapitalis mempekerjakan kaum buruh yang terpaksa bekerja karena tidak memiliki alat produksi atau pabrik. Pada tahap ini hubungan produksi yang terus menerus meningkatkan alat produksi dengan cara memperbaiki pabrik-pabrik, dan modernisasi mesin dengan menggunakan tenaga uap dan listrik. Di satu sisi, kondisi seperti itu menuntut dan menghendaki kerja yang terspesialisasi dan produksi menjadi berlipat ganda. Keadaan ini juga menuntut aktivitas persaingan mencari daerah pasaran menjadi tugas utama kaum kapitalis. Sedangkan disisi lain, bagi kelompok buruh masalah upah dan kesejahteraan menjadi dambaan mereka.

Menurut Marx dalam memperjuangkan masing-masing kepentingan, dalam fase ini muncul dua kelas sosial yang berbeda dan saling memperjuangkan hak dan kepentingannya, yaitu kelas proletar sebagai kelas pekerja dan kelas borjuis sebagai kelas pemilik alat produksi. Perbedaan kepentingan ini pada gilirannya semakin nyata dan melebar, sehingga menimbulkan pertentangan kelas. Perjuangan kelas dan pertentangan kelas berakhir dengan terbentuknya masyarakat yang ideal, yaitu masyarakat tanpa perbedaan kelas, dengan cirri utamanya yaitu kepentingan alat-alat produksi bersifat sosial.

5. Tahap Masyarakat Sosialis

Tahap terakhir ini disebut sebagai tahap masyarakat yang ideal. Yang diinginkan pada tahap ini adalah masyarakat dengan sistem kepemilikan produksi dan alat-alatnya disandarkan atas hak milik sosial atau bersama. Tahap sosial ini disebut dengan masyarakat tanpa kelas.

Proses produksi merupakan hasil kerjasama dan saling membantu dari kaum buruh yang berhasil melepaskan diri dari eksploitasi kaum kapitalis. Jadi sistem sosialis ini dirancang untuk member kebebasan bagi manusia untuk mencapai harkat dan martabatnya dengan tanpa penindasan. Atau dengan kata lain, tahap ini menginginkan terhapusnya kelas-kelas dalam masyarakat. Menurut Marx untuk mencapai masyarakat tanpa kelas bukan pekerjaan yang mudah. Karena kelas kapitalis dan borjuis sudah mengakar dalam gerak kehidupan masyarakat secara meluas. Menurut Marx, untuk mencapai ke arah masyarakat tanpa kelas harus di ubah dengan cara yang revolusioner.


Menurut Marx, dari kelima tahapan perkembangan sejarah ini ditemukan dua faktor kunci yang mendasari proses didalamnya, pertama kekuatan-kekuatan produksi dan kedua hubungan-ubungan produksi. Kekuatan produksi meliputi orang yang bekerja, alat-alat produksi yang digunakan, bahan-bahan baku dan dan sumber daya alam yang digunakan dalam produksi. Sedangkan hubungan-hubungan produksi adalah hubungan manusia dengan alam, hubungan antara pekerja dengan tuannya (kaum kapitalis dan borjuis), yang dalam hubungan itu berakhir dengan pertentangan, yaitu pertentangan diantara kepentingan mereka.

Post a Comment

Previous Post Next Post