PITIRIM SOROKIN DAN TEORI SEJARAH

A. Riwayat Singkat

Pitirim Sorokin yang memiliki nama lengkap Pitirim Alexandrovich Sorokin, lahir di Rusia pada 21 Januari 1889 dan meninggal di Amerika Serikat pada 11 Februari 1968. Sorokin merupakan seorang sosiolog terkemuka dunia yang juga aktivis akademik dan politik di Rusia sebelum akhirnya pindah ke Amerika Serikat pada tahun 1923. 


Sorokin menyelesaikan studinya di Universitas Seint Petersburg. Karir Sorokin kemudian melejit di sana setelah ikut mengajar dan mendirikan Departemen Sosiologi. Sorokin juga menjadi penentang keras ideologi komunisme dan memiliki kontribusi besar dalam melahirkan teori-teori akademik terkemuka. Penentangan Sorokin atas ideologi komunis membawanya pada hukuman pembuangan di Cekoslovakia sebelum akhirnya memilih menetap di Amerika Serikat hingga akhir hayatnya. Di Amerika Serikat, Sorokin bergabung dengan Universitas Harvard dan kemudian mendirikan Center for Creative Altruism.

Walaupun memiliki nama besar sebagai sosiolog, Pitirim Sorokin juga mengkontribusikan ilmu akademisnya untuk bidang studi lain semisal sejarah. Hal ini terbukti dari sumbangan Sorokin atas teori gerak sejarah yang menjadi salah satu sumber referensi dalam berbagai karya akademik.

B. Karya-karya

Sebagai salah satu pemikir besar dalam bidang akademik sosial, hasil karya Pitirim Sorokin sangat berkontribusi besar bagi aktivitas akademik terutama dalam ilmu-ilmu sosial. Karya-karya Sorokin berupa karya tulis atau buku antara lain:

a. Social Cultural and Dynamics (1941)

b. The Crisis of Our Age (1941),

c. Society, Culture and Personality (1947).


Selain itu, Sorokin juga menggali pemikirannya mengenai teori-teori sosiologi, antara lain teori siklus perubahan sosial. Sorokin memusatkan perhatiannya pada tingkat budaya, dengan menekankan pada arti, nilai, norma dan simbol sebagai kunci untuk memahami kenyataan sosial-budaya. Sorokin juga menekankan adanya saling ketergantungan antara pola-pola budaya. Ia percaya bahwa masyarakat adalah suatu sistem interaksi dan kepribadian individual. Tingkat tertinggi integrasi sistem-sistem sosial yang paling mungkin didasari pada seperangkat arti, nilai, norma hukum yang secara logis dan tetap mengatur interaksi antara kepribadian-kepribadian yang ada didalam masyarakat. Tingkat yang paling rendah dimana kenyataan sosial-budaya dapat dianalisa pada tingkat interaksi antara 2 orang atau lebih.

C. Pemikiran yang mempengaruhi Pitirim Sorokin


Sebagai mahasiswa yang menempuh studi di universitas ternama di dunia dan mendapat tempat berpengaruh di Harvard, Sorokin banyak mendapat pengaruh dari rekan-rekan dan dosen-dosennya selama kuliah. Sorokin juga mengantitesa beberapa pemikiran dari Spengler, Karl Marx, Agustinuss dan Toynbee. Pemikiran-pemikiran mereka ditolak oleh Sorokin dan mempengaruhi bagaimana Sorokin membentuk pemikiran barunya sendiri.

Pitirim Sorokin mengemukakan teori yang berbeda dengan teori hukum fatum. Ia tidak mengakui teori silklis, hukum fatum, evolusi ciptaan Karl Marx. Menurut Sorokin, ahli-ahli seperti Spengler, Toynbee, dan lainnya itu adalah ahli-ahli yang membuat teori-teori yang tidak menghargai kenyataan sejarah. Menurut Sorokin, gerak kebudayaan itu berupa perkembangan yang naik turun, pasang surut, timbul tenggelam. Teori Sorokin ini mulai dengan menjelaskan cultural universe atau alam kebudayaan dan di dalam alam kebudayaam ini terdapat masyarakat-masyarakat dan aliran-aliran kebudayaan.

Sorokin menilai gerak sejarah dengan gaya, irama dan corak ragam yang kaya raya dipermudah, dipersingkat dan disederhanakan sehingga menjadi teori siklus. Sorokin menyatakan bahwa gerak sejarah menunjukkan fluctuation of age to age, seperti yang telah disebutkan di atas. Ia menyatakan adanya cultural universal dan di dalam alam kebudayaan itu terdapat masyarakat dan aliran kebudayaan. Di alam kebudayaan ini terdapat 3 tipe atau corak kebudayaan, yaitu:

a. Ideational: mempunyai dasar pemikiran bahwa kenyataan itu bersifat nonmaterial, transenden dan tidak dapat ditangkap oleh panca indera. Dunia dianggap sebagai suatu ilusi, sementara, dan tergantung pada dunia transenden atau sebagai aspek kenyataan yang tidak nyata , tidak sempurna, tidak lengkap. Kenyataan adalah sesuatu yang berhubungan dengan Tuhan atau nirwana. Kata kunci adalah kerohanian, ketuhanan, keagamaan, kepercayaan

b. Sensate: dasar pemikirannya adalah dunia materil yang ada disekitar kita adalah satu-satunya kenyataan yang ada. Keberadaan kenyataan yang adi insrawi atau yang trasenden disangkal. Kata kunci adalah serba jasmaniah, mengenai keduniawian, berpusat pada panca indera

c. Perpaduan antara ideational-sensate: perpaduan dari dua unsur sehingga berwujud idealistik, suatu kompromi, antara ideational dan sensate. Yang ditekankan di sini adalah kompromi. Kebudayaan campuran dibagi menjadi dua jenis yaitu kebudayaan idealistis dan kebudayaan ideasional tiruan. Kebudayaan idealistis merupakan perbaduan kebudayaan ideational dan kebudayaan sensate yang logis dan saling berhubungan. Sedangkan kebudayaan ideasional tiruan merupakan perpaduan kebudayaan ideational dan kebudayaan sensate yang saling berlawanan dan tidak terintegrasi secara sistematis namun tetap hidup berdampingan.

Sorokin dalam melukiskan gerak sejarah, tidak mencari muara dari gerak sejarah itu, tetapi lebih menitikkan pada prosesnya. Sehingga gerak sejarah itu dapat diketahui proses perkembangannya, terutama perkembangan determinism dan indeterminism. Dapat pula disimpulkan bahwa gerak-gerak sejarah mempunyai sifat:

1. Tanpa arah dan tujuan. Seperti dalam alam pikiran Yunani yang berdasarkan hukum fatum. Gerak sejarah itu berulang-ulang, tiap kejadian, peristiwa, akan kembali seperti yang terjadi masa lampau.

2. Gerak sejarah yang melaksanakan kehendak Tuhan.

3. Gerak sejarah merupakan perimbangan antara kehendak Tuhan dan usaha serta ikhtiar manusia.

4. Gerak sejarah menurut evolusi yang tak terbatas. Gerak sejarah akan membawa manusia kemajuan-kemajuan yang melalui tingkatan-tingkatan. Kemajuan manusia harus mampu menguasai alam semesta ini. Sejarah adalah perjuangan manusia yang tak terbatas demi kemajuan masyarakat.

5. Paham historical matearism, gerak sejarah masyarakat ditentukan oleh pertentangan ekonomi dan akhirnya di dalam masyarakat akan tercipta masyarakat tanpa kelas yaitu dari kapitalis kepada masyarakat tanpa kelas.

6. Reaksi terhadap paham evolusi menghasilkan beberapa aliran baru, seperti aliran menuju kepada Tuhan (paham Toynbee), aliran gerak sejarah Pitirim Sorokin dengan corak gelombang turun naik; ideational, sensate, dan idealistical; dan aliran kemanusiaan.

Pitirim Sorokin menunjukkan dasar gerak sejarah adalah manusia. Dengan isi, yang merupakan pengalaman-pengalaman manusia dan memiliki tujuan yang merupakan kesempurnaan hidup manusia. Maka, dapat disimpulkan bahwa inti gerak sejarah adalah masalah kemanusiaan.



Daftar Pustaka



Subagyo. 2010. Membangun Kesadaran Sejarah. Semarang: FIS Unnes-Widya Karya.

Budiyanto, Hari. 2008. Perkembangan Teori Sejarah. Surakarta: Universitas Muhammadiyah Surakarta

http://id.wikipedia.org_Pitirim_Sorokin diunduh pada 19 Oktober 2013 pukul 22.23 WIB.

Post a Comment

Previous Post Next Post