A. Peran Indonesia di Dunia Internasional dalam Bidang Politik dan Keamanan pada Masa Orde Lama hingga Reformasi
Masa orde lama merujuk pada masa pemerintahan Presiden Sukarno sejak 1945 hingga 1966. Secara garis besar, pada masa itu, Indonesia mengalami sejumlah periode yaitu periode revolusi fisik mempertahankan kemerdekaan, masa demokrasi parlementer dan masa demokrasi terpimpin.
Pasca kemerdekaan, Indonesia telah memainkan banyak peranan di bidang politik dan keamanan di dunia internasional. Semisal pada masa revolusi fisik mempertahankan kemerdekaan. Saat Belanda melancarkan agresi yang disebutnya sebagai aksi polisionil, Indonesia mendapat dukungan dan simpati dari dunia internasional. Hal tersebut di kemudian hari menjadikan Indonesia sebagai negara pelopor dalam mengobarkan semangat kemerdekaan dan pembebasan bagi negara-negara di Asia dan Afrika dari penjajahan negara Barat.
Kepeloporan Indonesia dalam aksi menolak neo-imperialisme modern tersebut membawa dampak dan pengaruh bagi kehidupan antarbangsa di tingkat regional dan dunia. Hal tersebut dapat dilihat dari digelarnya Konferensi Tingkat Tinggi yang disebut Konferensi Asia Afrika di Kota Bandung, Jawa Barat pada 18-24 April 1955. Konferensi yang dikenal sebagai KAA tersebut menghasilkan Dasasila Bandung, yang menjadi dasar penolakan penjajahan dan menuntut kemerdekaan bagi negara-negara di Asia dan Afrika.
Tak hanya itu, Indonesia lalu turut memprakarasi terbentuknya Gerakan Non Blok pada 1961 di mana gerakan tersebut menolak dan menyatakan tidak memihak antara perang ideologis Amerika Serikat sebagai blok barat dan Uni Soviet sebagai blok timur saat itu yang sedang bersitegang.
Pada masa kepemimpinan Presiden Soeharto, Indonesia melakukan normalisasi hubungan dengan Malaysia, setelah sebelumnya terjadi konfrontasi yang diprakarsai Presiden Soekarno atas dasar perlawanan terhadap neokolonialisme Inggris di Asia Tenggara. Hal tersebut sekaligus menandai pulihnya hubungan Indonesia dengan negara-negara Barar. Hal tersebut mengakibatkan pula konsolidasi kekuatan negara-negara di Asia Tenggara untuk bersatu dalam suatu perhimpunan regional. Indonesia merupakan salah satu negara yang memprakarsai kerjasama dengan sejumlah negara Asia Tenggara hingga membentuk perkumpulannya yang berkantor pusat di Jakarta. Jakarta lalu dikenal sebagai ibukota Asia Tenggara. Perkumpulan tersebut hingga sekarang dikenal sebagai Assosiation of South East Asian Nations atau Asean yang dibentuk pada 8 Agustus 1967 di Bangkok, Thailand berdasarkan Deklarasi Bangkok yang disahkan oleh Indonesia, Malaysia, Filipina, Singapura, dan Thailand. Perkumpulan ini merupakan bentuk persatuan negara-negara di Asia Tenggara dalam rangka memperkuat ekonomi dan menjalin kerjasama lainnya. Sedangkan di kancah dunia internasional yang lebih luas, pada masa Presiden Soeharto, Indonesia kembali masuk sebagai anggota PBB sekaligus terpilih menjadi anggota tidak tetap Dewan Keamanan PBB periode 1974-1975 dan 1995-1996.
Dalam bidang keamanan, Indonesia turut berperan dalam pengiriman pasukan perdamaian Kontingen Garuda di sejumlah negara konflik. Kontingen Garuda yang sering disingkat Konga adalah pasukan Tentara Nasional Indonesia yang ditugaskan sebagai pasukan perdamaian di bawah bendera PBB. Indonesia mulai turut serta mengirim pasukannya sebagai bagian dari pasukan penjaga perdamaian sejak 1957. Pasukan perdamaian tersebut hingga tahun 2006 telah dikirim ke sejumlah negara di antaranya Mesir, Kongo, Vietnam, Iran, Irak, Kuwait, Namibia, Kamboja, Somalia, Bosnia-Herzegovina, Georgia, Mozambik, Filipina, Tajikistan, Sierra Leone, Sudan, dan lain-lain.
Dampak dari aktifnya Indonesia dalam bidang politik dan keamanan di antaranya adalah sebagai pembuktian dan kekuatan Indonesia untuk ikut serta dalam melakukan sesuatu guna tercapainya kehidupan yang lebih baik. Dengan KAA dan GNB misalnya, telah membuktikan kepada dunia keseriusan Indonesia dalam menjalin kerjasama unttuk memerangi imperialisme modern dan penindasan bangsa Barat atas negara-negara di Asia dan Afrika. Peranan Indonesia dalam bidang membuktikan bahwa kekuatan militer Indonesia termasuk hal yang harus diperhitungkan. Hal tersebut penting untuk diketahui negara-negara lain, guna menunjukkan kekuatan militer Indonesia dan turut berpartisipasi dalam perdamaian dunia sesuai amanat konstitusi.
B. Peran Indonesia di Dunia Internasional dalam Bidang Ekonomi pada Masa Orde Lama hingga Reformasi
Pada masa kepemimpinan Presiden Sukarno, terutama masa awal-awal kemerdekaan, praktis perekonomian Indonesia dalam keadaan terpuruk apalagi menghadapi serangan fisik pihak Belanda dan sekutunya. Pun pada masa-masa akhir kepemimpinan Presiden Sukarno yang cenderung berpihak pada blok timur, menjadikan Indonesia kurang memiliki pengaruh perekonomian saat itu.
Pada masa orde baru, seiring normalisasi hubungan dengan negara Barat, Indonesia mulai menata sistem perekonomiannya menuju sistem yang lebih terbuka daripada sebelumnya. Sistem perekonomian mulai menghapus sekat-sekat pada batas-batas tertentu suatu negara, namun globalisasi ekonomi akan mendorong suatu perdagangan global yang lebih bergairah. Indonesia pun telah mewakili suara negara-negara berkembang dalam Organisasi Perdagangan Dunia atau World Trade Organization (WTO). Hal ini mencerminkan pengakuan negara anggota WTO bahwa Indonesia memainkan peran kunci dalam membentuk format perdagangan multilateral pada masa mendatang. Indonesia pun adalah termasuk salah satu negara pendiri WTO dan telah meratifikasi persetujuan pembentukan WTO dalam UU No. 7 Tahun 1994.
Selain WTO, Indonesia juga aktif dalam gerakan perekonomian di kawasan Asia Pasifik. Indonesia merupakan salah satu anggota Asia Pasific Economic Cooperation yang merupakan kerja sama ekonomi antar negara-negara di Asia Pasifik yang pada awal pembentukannya pada 1989 anggotanya adalah Amerika Serikat, Australia, Brunei, Filipina, Indonesia, dan Thailand. Indonesia juga sdmpat menjadi tuan rumah penyelenggaraan pertemuan pemimpin negara APEC dan menjadi pemimpin APEC pada tahun 1994. Peranan Indonesia dalam APEC antara lain turut mewujudkan ketertiban dunia melalui forum konsultasi APEC yang jujur, adil, bebas, saling membantu tanpa membedakan bangsa.
Pada masa reformasi, Indonesia masuk dalam keanggotaan negara-negara dengan kekuatan ekonomi 20 besar dunia yang dinamakan G-20. Indonesia mewakili suara negara-negara berkembang khususnya Asia Tenggara dalam kebijakan perekonomian dunia, pemerataan perekonomian, dan percepatan pembangunan.
Pendekatan yang bertujuan untuk menjaga komitmen ASEAN sementara memainkan peran aktif dalam G-20 menuntut kemampuan membangun sinergi antara ASEAN yang agak konservatif dan G-20 yang lebih inovatif. Indonesia memahami bahwa menjadi anggota ASEAN dapat mengangkat posisi tawarnya dalam proses G-20 dan karenanya Indonesia perlu meyakinkan anggota-anggota ASEAN menyangkut peran potensial membawa kepentingan ASEAN dalam G-20. Pernyataan ini disampaikan mantan Menteri Luar Negeri Indonesia, Marty Natalegawa di sela-sela pertemuan KTT ke-15 ASEAN di Hotel Dusit Thani, Hua Hin – Thailand (24 Oktober 2009).
“Pengaruh Indonesia di G-20 bukan berarti meninggalkan ASEAN. Sulit membayangkan Indonesia berpengaruh di G-20 kalau tidak berpengaruh pula di ASEAN. Indonesia akan selalu mengedepankan kepentingan ASEAN dalam forum G-20. Indonesia berada di dua “kaki” yakni ASEAN dan G-20. Indonesia tidak semata-mata menjadi juru bicara ASEAN tapi juga bisa menyalurkan kepentingan nasional di G-20 namun tetap konsisten dengan ASEAN.”
C. Peran Indonesia di Dunia Internasional dalam Bidang Kebudayaan
Sebagai negara dengan letak geografis di antara jalur-jalur perdagangan dunia, Indonesia mendapatkan banyak pengaruh kebudayaan negara-negara di dunia. Hal tersebut melebur ke dalam kondisi sosial masyarakat Indonesia saat itu yang menghasilkan berbagai kebudayaan dan nilai-nilai yang kita temukan saat ini. Seiring dengan perkembangan arus informasi, maka kebudayaan dalam bentuk kebendaan ataupun nilai-nilai yang ada di Indonesia telah semakin banyak diketahui masyarakat dari belahan dunia lain.
Hasil kebudayaan Indonesia telah dikenal setelah Unesco menjadikan sejumlah warisan leluhur bangsa Indonesia seperti wayang, batik, dan angklung sebagai warisan budaya dunia. Sejumlah negara juga telah menjadikan kebudayaan Indonesia sebagai hal yang harus dipelajari, seperti di Singapura, Australia, Amerika Serikat dan sebagainya. Dengan diakui oleh Unesco dan diajarkan di sekolah-sekolah tersebut, maka kebudayaan Indonesia pelan tapi pasti telah ikut serta dalam persebaran di dunia internasional.
Dalam hal industri hiburan modern, banyak film dan hasil karya seni Indonesia yang turut dinikmati sejumlah negara terutama di kawasan Asia Tenggara seperti
D. Peran Indonesia di Dunia Internasional dalam Bidang Lingkungan Hidup
Indonesia merupakan salah satu negara dengan keanekaragaman hayati yang tinggi. Indonesia bersama sejumlah negara lain turut ikut serta dalam pelestarian keanekaragaman hayati tersebut karena mempengaruhi kehidupan negara lain. Misal, kondisi hutan hujan tropis Indonesia di Kalimantan dan Papua, turut menjaga pasokan oksigen bagi negara-negara di sekitarnya. Oleh karena itu, Indonesia sering dijuluki “Negara Paru-paru Dunia”. Hal tersebut dijadikan pula pijakan kerjasama antara Indonesia dan Norwegia, seperti yang disebutkan mantan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono dalam salah satu pidato jelang berakhirnya masa jabatan yang disiarkan di salah satu televisi swasta, bahwa Indonesia dan Norwegia bekerjasama dalam hal pemeliharan hutan.
Kondisi lingkungan Indonesia yang turut berpengaruh bagi negara-negra di sekitarnya membuat Indonesia turut berkepentingan dalam pembahasan masalah lingkungan di dunia internasional. Seperti saat Indonesia menyetujui Protokol Kyoto secara resmi pada 18 November 2004. Dalam persetujuan tersebut, disepakati seluruh dunia untuk waspada terhadap bahaya perubahan iklim sebagai akibat pemanasan global emisi gas rumah kaca. Indonesia pun meratifikasi Protokol Kyoto melalui Undang-undang Nomor 17 Tahun 2004. Sebagai konsekuensi peratifikasian tersebut, Indonesia lalu terpilih sebagai tuan rumah Konferensi Perubahan Iklim yang diprakarsai oleh PBB pada tahun 2007.
Konferensi tersebut digelar sebagai upaya lanjutan untuk menemukan solusi pengurangan efek gas rumah kaca yang menyebabkan pemanasan global dan cara membantu negara miskin dalam mengatasi pemanasan global. Seperti yang pernah diutarakan dalam wawancaranya dengan Cherryl Tanzil di salah satu televisi, mantan Presiden SBY menyatakan bahwa saat ini negara-negara berkembang tak hanya butuh keinginan negara-negara maju untuk menjaga lingkungan, namun juga kerjasama yang konkret yang dibutuhkan.
DAFTAR PUSTAKA
Subagyo. 2010. Hubungan Internasional Dalam Perspektif Sejarah. Semarang: Widya Karya.
.
Tags:
sosial dan budaya
waktu zaman itu memang terlalu banyak kekejaman hingga banyak pelajar Indonesia mencari info beasiswa untuk hengkang ke luar negeri dan mengganti kewarganegaraan
ReplyDelete