A. Gerakan Pemuda- Pemuda Daerah
Pergerakan pemuda yang pertama kali didirikan ialah Boedi Oetomo. Akan tetapi pada kongresnya yang pertama Boedi Oetomo di Yogya pada tanggal 5 Oktober 1908, kelihatan bahwa perkumpulan tersebut bukan perkumpulan pemuda melainkan perkumpulan kaum tua, oleh karena yang memegang pimpinan semua kaum tua. Lama kelamaan golongan pemuda merasa tidak puas terhadap Boedi Oetomo yang condong menjadi perkumpulan kaum tua.
Pada tanggal 7 Maret 1915 di Jakarata dr. R. Satiman Wiryosandjoyo, Kadarman, dan Sunardi dan beberapa pemuda lainnyabermufakat untuk mendirikan perkumpulan pemuda dimana yang diterima sebagai anggota hanya anak-anak sekolah menengah yang barasal dari pulau Jawa dan Madura. Perkumpulan yang diberi nama Tri Koro Dharmo merupakan gerakan pemuda yang sesungguhnya. Majalah perkumpulannya juga bernama Tri Koro Dharmo yang diterbitkan pertama kalinya pada tanggal 10 November 1915. Tujuan perkumpulan yakni mencapai Jawa-Raya dengan jalan memperkokoh rasa persatuan antara pemuda Jawa, Sunda, Madura, Bali, dan Lombok. Tri Koro Dharmo berarti tiga tujuan yang mulia: sakti, budhi, bakti.
Namun, karena sifatnya masih Jawa-sentris, pemuda-pemuda Sunda dan Madura merasa tidak senang. Untuk menghindari perpecahan, maka pada kongres di Solo ditetapkan bahwa mulai tanggal 12 Juni 1918 nama diubah menjadi Jong Java. Bertujuan mandidik para anggota supaya ia kelak dapat memberikan tenaganya untuk pembangunan Jawa Raya dengan jalan mempererat persatuan, menambah pengetahuan anggota serta berusaha menimbulkan rasa cinta akan budaya sendiri.
Dalam kongres bulan Mei 1922 ditetapkan bahwa Jong Java tidak mencampuri urusan politik, anggota-anggota dilarang menjalankan politik atau menjadi anggota perkumpulan politik. Perkembangan gerakan politik ternyata juga menyeret Jong Java, sehingga masalah ini menjadi hangat dalam kongres Ke-VII tahun 1924. Ada usul supaya Jong Java tetap tidak dijadikan perkumpulan politik tetapi kepada anggota yang sudah cukup dewasa diberi kebebasan berpolitik. Sikap ini disokong oleh H. Agus Salim yang mencoba memasukkan soal agama dalam Jong Java dengan pendapat bahwa soal agama ini adalah sangat besar pengaruhnya dalam mencapai cita-cita. Usul ini ditolak, yang setuju berpolitik kemudian mendirikan Jong Islamieten Bond dengan agama Islam sebagai dasar perjuangan, yang juga menerbitkan majalah yang diberi nama Al-Noer. Kemudian membentuk Pemuda Muslimin Indonesia untuk menggalang persatuan dengan perkumpulan pemuda-pemuda Islam lainnya.
Sejalan dengan munculnya Jong Java, berdiri pula perkumpulan-perkumpulan pemuda yang berdasarkan kedaerahannya seperti Jong Batak, Pasundan, Jong Sumatranen Bond, Jong Minahasa, Jong Ambon, Jong Celebes (Sulawesi), Timorees Ver Bond dan lain-lain yang kesemuanya bercita-cita kearah kemajuan Indonesia, terutama memajukan budaya dan daerah masing-masing.
Dapat dilihat bahwa beberapa perkumpulan mengandung dalam susunannya atau bentuknya benih-benih yang dapat ditujukan kearah persatuan bangsa Indonesia. Oleh karena itu pemuda-pemuda Indonesia merasa perlunya persatuan pemuda-pemuda Indonesia yang dituangkan dalam satu wadah sehingga didapat satu derap-langkah yang sama dalam mencapai apa yang dicita-citakan oleh pemuda Indonesia umumnya.
B. Pergerakan Nasional Pemuda Sebelum Sumpah Pemuda
Gerakan–gerakan yang mengusung pada persatuan sejatinya sudah lama di jalankan oleh anak-anak bangsa , namun gerakan–gerakan yang diusung belum bergerak di bidang politik dan sekedar bergerak di sosial budaya dan pendidikan. Hal ini yang menjadi perhatian para pemuda–pemuda Indonesia untuk selangkah lebih maju untuk mencapai kemerdekaan atas kolonialisme Belanda. Salah satunya Gerakan Perhimpunan Indonesia di negeri belanda yang telah banyak menyelesaikan pendidikanya dan berpkir untuk meruabah peerjuangannya. Melalui majalah ‘Indonesia Merdeka” yang telah sembunyi sembunyi dikirimkan ke Indonesia mempunyai efek perubahan yang snagat berpengaruh besa terhadap pemikiran-pemikiran para tokoh pergerakan di Indonesia. Pada tahun 1925 banyak pelajar yang telah duduk di sekolah lanjut yang memudahkan P.I untuk menjalankan perjuanganya dan memberikan banyak landasan perjuangan politik untuk pergerakan nasinal.
Pada tahun 1925 di Indonesia telah mendirikan PPPI atau Persatuan Pelajar-pelajar Indonesia yang terdiri dari pelajar Jakarta- Bandung. Para tokohnya yaitu: Sugondo Djojopuspito,sigit,Abdul Sjukur, Gularso, Sumitro, Samijono, Hendromartono, Subari, Rohjani, S. Djonet Poesponegoro, Kuntjoco, Wilopo, Surno Kutoyo. Yang membina hubungan dengan P.I. sangat baik Deanga selundupan- selundupan Majalah dan artikel yang dianggap rahasia yang berpengaruh pada perjuangan pergerakan. PPPI dan PI mengusung satu tujuan yaitu persatuan dan kesatuan bangsa dan mengilangkan sifat-sifat kedaerahan yang menjadi suatu masalah besar pada tujuan menuju kemerdekaan. Dorongan tersebut di sampaikan oleh Mr. Sartono dan Mr. Sumitro. Maka dorongan dari lulusan studi dinegeri Belanda tersebut, pada tanggal 27 Februari 1926 didirikan “Jong Indonesia” dan setelah itu berubah nama menjadi “Pemuda Indonesia”.Tujuanya adalah menyebarkan dan memeperkuat cita-cita kebangsaan Indonesia pada rakyat Indonesia.
C. Awal Rasa Muncul Persatuan Pemuda Indonesia hingga Kongres Pemuda I
Dalam perjalananya Diselenggarakan Kongres Pemuda Indonesia Pada tanggal 30 April sampai 2 Mei 1926 di Jakarta. Pemuda Indonesia memustuskan penggunaan bahasa melayu sebagai bahasa nasional, yang dengan cepat dapat menyebar pemakainanya. Para pemimpin organisasi pemuda Indonesia ialah Sugiono, sunardi, Moeljadi, Soepangat, Agus Prawiranata, Soekamso, Soelasmi, Kotjo sungkono dan ambul gani. Kongres Pemuda I mempunyai peranan yang sangat baik, dapat dikatakan bahwa pemuda Indonesia telah melaksanakan hasil hasil keputusan Kongres Pemuda I (1926). Masalah persatuan dan kesatuan manjadi sortan yang penting dalam organisasi pemuda Indonesia. Hubungan secara langsung dengan patai politik lebih dekat dengan PNI (perserikatan Nasional Inonesia) . Hubungan baik yang di bina oleh PPPI, Pemuda Indonesia,dan P.I. menimbulkan pemikiran untuk memfusikan semuanya yang sama sama merupakan organisasi pemuda yang memiliki tujuan sama.
Pemfusian organisasi itu semakin diperlukan , karena kaum pemuda sangat merasakan bahwa organisasi yang bersifat kedaerahan seperti, Jong Java, Jong Sumatranen Bond, Jong Ambon, Jong Bataks Bonds, Sekar Rukun , Pemuda Kaum Betawi, dan organisasi pemuda lain berbasis agama seperti Jong Islamieten Bond, Studeerence Minahasa, dan pemuda Kaum Theosofi , ternyata kurang menunjukan rasa persatuan. Hal itu terbukti pada kongres pemuda I mereka masih mementingkan daerah masing-masing dan masalah bahasa waktu itu juga sulit mencapai kesepakatan dalam Kongres. Hal tersebut menjadi suatu hambatan dalam mencapai sesuatu yang dicita-citakan bersama dalam mencapai persatuan. Sehingga banyak peserta yang tidak Puas dan ingin melanjutkan Ke kongres selanjutnya.
Sebenarnya dalam Kongres pemuda I itu, para peserta dan pemimpin kongres telah menunjukan usaha keras untuk mencapai suatu cita-cita persatuan. Namun mengalami kesulitan kareana fanatisme terhadap adat masih terlalu kuat dalam pembicaraan. Pemimpin kongres moh. Tabrani pandai menjaga kondisi untuk tidak ada perpecahan.
Kongres Pemuda I ini dilantik oleh Jong Indonesia Kongres Komite dibawah pimpinan Tabrani. Komite ini dibentuk sehabis konferensi antara , Jong Java, Jong Sumatranen Bond, Jong Ambon, Pelajar-Pelajar Minahasa,Sekar Rukun,dll pada tanggal 15November 1925,yang terdiri dari Bahder Djohan,Sumarto,Jan Toule,Soulehuwij,Paul Pinontoan dan Tabrani. Tujuan kongres ialah menanam semangat kerjasama antara perkumpulan pemuda di Indonesia untuk menjadi dasar bagi Persatuan Indonesia dalam arti luas.
Sebetulnya tujuan dari kongres ini mencari jalan membina perkumpulan pemuda yaitu tunggal, yaitu membentuk sebuah badan sentral dengan maksud: ( Sudiyo,1990:147).
1. Memajukan faham persatuan dan kebangsaan.
2. Menguatkan hubungan antara sesama perkumpulan-perkumpulan pemuda kebangsaan.
Oleh karena itu, dalam kongres banyak pidato-pidato yang berjudul “indonesia bersatu”. Para pemuda diharapkan harus memperkuat rasa persatuan yang harus tumbuh mengatasi kepentingan golongan, agama, dan daerah. Juga mengurai sejarah bangsa indonesia guna mencapai cita cita Indonesia Merdeka. Hasil utama kongres pemuda I itu antara lain :
1. Mengakui dan meneriama cita-cita persatuan Indonesia: (walaupn dalam hal persatuan ini masih tampak samar-samar).
2. Usaha untuk menghilangkan pandangan adat dan kedaerahan yang kolot dll.
Jadi peserta memang menyadari, bahwa pada saat itu masih sulit membentuk kebulatan tekat, dan pada kongres pemuda I belum terlalu banyak yang ikut.
D. Persatuan dan Kongres Pemuda II
Pada bulan November 1926 Terjadi penangkapan besar-besaran kepada para tokoh pergerakan nasional yang mengakibatkan banyak korban jiwa dan ditahanya para tokoh- tokoh pergerakan. Hal ini di sebabkan oleh pemberontakan PKI yang gagal pada bulan yang sama. Dengan keadaan yang seperti itu maka kebutuhan akan persatuan sangatlah besar. Sehingga dari PNI Ir. Soekarno dan sebagian orang berinisiatif untuk mendirikan “Perserikatan” diganti partai ( PNI juga). Partai ini langsung bergerak dalam bidang politik non kooperatif dan sefl help, sebagai mana yang telah dilakukan oleh perhimpunan Indonesia di Belanda yang bertujuan satu yaitu menuju Indonesia merdeka( Sudiyo,1990:132)..
PNI pada bulan Desember 1927 telah mengadakan kesepakatan untuk membentuk suatu wadah organisasi –organisasi politik dalam satu atap. Untuk mencapainya Soekarno telah mengadakan kesepakatan denga pemimpin pergerakan Nasinal diantaranya: Mr, Sartono pemimpin Algeneene Studieclub, Dr. Sukiman dari PSI, Kusomon Utoyo pemimpin Budi Utomo, Otto Subrata Pemimpin Psundan, Parada Harahap pemimpin sarekat Sumatra, M.H. Thamrin pemimpin Pemuda Kaum Betawi dan para pemimpin lainya.Dalam kesepakatan bersama telah membentuk persatuan organisasi dengan nama “Pemufakatan Perhimpunan-Perhimpunan Politik Kebangsaan Indonesia (PPPKI). Ternyata PPPKI berpengaruh terhadap Oraganisasi pemuda Kedaerahan dan pada masa itu dalam proses untuk melepaskan diri ke arah terbentuknya organisasi pemuda yang bersifat tradisional.
Dari peristiwa tersebut, maka usaha untuk pembentukan badan “fusi” atau badan “Federasi” pemuda semakin dipercepat. Akhirnya secara praktis persiapan Kongres pemuda II telah terbentuk, sejak bulan Juni 1928. Adapun Kongres tersebut susunanya sebagai Berikut:
Ketua : Sugondo djojopuspito, dari PPPI Mahasiswa Fakultas hukum.
Wakil Ketua : Djoko Marsaid, dari Jong Java, Mahasiswa Fakultas Hukum
Sekretaris : Moh. Yamin, dari Jong Sumatranen Bond.
Bendahara : Amir Sjarifuddin
Pembantu I : Djohan Moh. Tjai, dari Jong Islamieten Bond.
Pembantu II : Kotjosungkono, dari Pemuda Indonesia
Pembantu III : Senduk, dari Jong Ambon
Pembantu IV : J. Leimena, dari Jong Ambon
Pembantu V ; Rohjani dari pemuda Kaum Betawi
Semenjak terbentuknya Pengurus Kongres itu, maka pengurus terus berusaha keras untuk terlaksananya Kongres Pemuda II. Hampir lima bulan lamanya, pengurus mempersiapkan Kongres tersebut. Dari sejak acara pembukaan sampai dengan persidangan telah disiapkan oleh panitia pengurus kongres. Adapun susunan acara yang telah berhasil disusun adalah sebagai berikut: ( Sudiyo,1990:134).
a) Persidangan pertama: Diadakan pada hari sabtu malam Minggu , tanggal 27 Oktober 1928, dimulai pukul 19:30 bertempat di gedung Katholike Jongelingen Bond, Water looicien , dan Weltevreden. (Fajar Asia, 30 Oktober 1928 hal 2).
Yang Dibicarakan:
1. Pembukaan, oleh ketua kongres Sugondo Djojopuspito
2. Sambutan-sambutan
3. Pembicaraan perihal persatuan dan kebangsaan indonesia oleh Moh. Yamin.
b) Persidangan Kedua, pada hari minggu, tanggal 28 oktober 1928, dimulai pukul 08.00 bertempat di Gedung Oost Java Bioscoop, Koningplein Noord , dan Weltevreden.
Yang dibicarakan tentang pendidikan, ada empat orang pembicara yaitu:
1. Nona Purnomo Wulan
2. S. Mangunsarkoro
3. Sarwono
4. Ki Hajar Dewantoro
c) Persidangan ketiga, pada hari minggu malam Senin, tanggal 28 oktober 1928, dimulai pukul 20.00 , bertempat di Gedung Indonesische Clubgebouw, Kramat no. 106, Weltervreden.
Sebelum sidang dimulai, diadakan arak-arakan pandu.
Acara selengkapnya sbb:
1. Arak-arakan pandu
2. Perihal Kepanduan, oleh Ramelan
3. Perihal Pergerakan Pemuda Indonesia dan Pemuda International , oleh Mr. Sunario
4. Mengambil keputusan
5. Penutup
Yang hadir dalam kongres Pemuda II ini adalah wakil-wakil dari berbagai organisasi pemuda seluruh Indonesia, Yaitu Jong Java, Jong Sumatranen Bond, Jong Ambon, Jong Bataks Bonds, Sekar Rukun , Pemuda Kaum Betawi, dan organisasi pemuda lain berbasis agama seperti Jong Islamieten Bond, dan PPPI.
Kongres berjalan tertib sekalipun PID (politieke Intelicbtingen Dienst) polisi belanda mondar-mondar melaksanakan tugas pengawasan, namun para pembicara tidak merasa takut menyampaikan permasalah menyangkut perjungan pergerakan. Sidang pertama di gedung Khatholieke Jonglingen Bond waterlooplein pada hari sabtu 27 Oktober 1928 , rapat dimulai dengan dibuka oleh ketua kongres yaiti sugondo Djojopuspito dengan mengurikn sejrah pergerakan bangsa indonesia, bagaimana belanda bisa menaklukan Indonesia dan tri-triknya yang membuat bangsa Indonesia terpecah belah. Oleh Soegondo ditekan kan oleh kepada pemuda agar memerangi pepecahan menuju Indonesia raya.
Selanjutnya acara dilanjutkan dengan acara sambutan-sambutan oleh para peserta kongres diantaranya Mr. Sartono dari PPPKI dalam sambutanya menganjurkan agar pemuda terus bergerak pada pergerakan-pergerakan Nasional serta berjuang. Namun sambutan tersebut mendaoat perhatian dari ID dan Mr, sartono dipaksa turun. Selajutnya adalah Moh. Yamin dalam judul pidatonya “Persatuan dan Kebangsaan Indonesia” dan menimbulkn berbagai tanggapan dan bahasan dai peserta kongres. Dalam penjelasan pidato Moh. Yamin tersebut dapat diambil faktor- faktor yang penting danyang dapat mempersatukan , yaitu: tentang sejarah, Bahasa, Hukum adat, pendidikan, dan Kemauan. Sesudah mendengarkan pidato Moh. Yamin , maka banyak yang ingin memberikan ulasan, terutama tokoh-tokoh pergerakan nasional (Sudiyo,1990:140). Akhirnya sidang ditutup oleh ketua Kongres pemuda II Sugondo yang mengatakan “ bahwa buhnya persidangan tanpa kemerdekaan lebih besar dari kemerdekaan.
Selanjutnya pada sidang kedua , bertempat di edung “Oost Java Bioscoop”, Koningsplein Noord di selenggarakan hari minggu, 28 Oktober 1928. Dalam sidang kali ini rencana hanya berkisar masalah pendidiakn, Dengan pembicara Nona pornomowulan, S. Mangunsarkoro, Dkokosarwono, dan Ki Hajar Dewantara yang berhalangan hadir waktu itu. Selanjutnya pembicara pertama Nona Pornomowulan berbicara tentang sistem pendidikan dan pentingnya pendidikan bagi kaum wanita. Selanjutnya S. Mangunkarsoro membicarakan tentang pendidikan pendidikan bagi anak-anak. Dan Ki Hajar Dewantara yang berhalangan hadir. Akhirnya ditutup oleh Ketua Sidang, yaitu Sugondo D.
Sidang terakhir yaitu sidang ketiga, yang diselenggarakan di gedung “ Indonessische Clubgebow” pada hari minggu pukul 17.30. yang dibicrakan adalah masalah-masalah yang sesuai denganharapan bangsa. Pembicaranya adalah Ramelan dari SI yang berbicra tenntang “Pergerakan Kepanduan” Kemudian Mr. Sunario” Pergerakan pemuda” ditanah luaran .
Setelah seluruh pembicara selesai mengucapkan pidatonya dan seluruh yang hadir tidak lagi ingin memberikab tanggapan, maka Kongres mengambil keputusan sabagai beikut; “kerapatan pemuda-pemuda Indonesia yang diadakan oleh perkumpulan- perkumpulan pemuda yang berdasarkan kebangsaan membuka rapaaat pada tanggal 27 dan 28 Oktober di Jakarta. Sesudanya mendengar pidato dan pembicaraan yang diadakan kerapatan tadi.
Sesudah menimbang segala pidato-pidato dan pembicaran ini; kerapatan mengambil putusan:
1. Kami poetra dan poetri Indonesia mengakoe bertoempah darah jang satoe,tanah Indonesia
2. Kami poetra dan poetri Indonesia mengakoe berbangsa jang satoe,bangsa Indonesia
3. Kami poetra dan poetri Indonesia mendjoenjoeng bahasa persatoean,bahasa Indonesia
Setelah mendengar putusan ini, wajib bagi pemuda dan perkumpulan memakai bahasa Indonesia. Mengeluarkan keyakina persatuanya:kemauan, sejarah, hukum adat, pendidikan dan kepanduan. Kerapatan juga mengeluarkan pengharapan supaya putusan ini di sebarakan.
Perumusan dibuat oleh sekretaris panitia, MOH. Yamin. Pembacaan putusan kongres itu dilakukan dengan Khidmat oleh ketua Sugondo Djojopuspito di muka kongres. Persatuan Indonesia menjadi dasar Indonesia raya tidak federalis. Kesatuan tanah air, bangsa dan bahasa itu dilambangkan dengan:
1. Lambang warna yang berupa pengibaran bendera merah putih.
2. Lambang suara, dengan melagukan lagu Indonesia raya, ciptaan W.R. Supratman:
3. Lambang Lukisan , berupa lencana garuda terbang.
Keputusan tersebut pada mulanya merupakan “IKRAR PEMUDA” , tetapi lama-kelamaan terkenal dengan “SUMPAH PEMUDA”. Hal ini banyak yang menghubungkan dengan perktaan Sumpah Palapa Gajah Mada yang sangat terkenal ( Sudiyo,1990:147).
E. Peringatan Sumpah Pemuda Pasca Tahun 1928 hingga Awal Proklamasi
Hingga kini,Perayaan Sumpah Pemuda diselenggarakan setiap tahun dibawah pengaruh pemerintah.Maka,gaungnya juga terasa sampai tingkat kepresidenan.Sumpah tersebut telah diasosiasikan lebih kepada pengakuan bahasa Indonesia sebagai bahasa nasional,juga diikuti dengan perhatian khusus terhadap sejarah perkembangan bahasa,penggunaan dan standarisasinya.Baik dalam ulasan umum dan akademis,pengakuan positif yang beragam bahwa “bahasa Indonesia dinyatakan sebagaai bahasa nasional pada Kongres Pemuda Indonesia 28 Oktober 1928”diketahui secara luas.(Abas,1987:38;Herbert dan Milner,1989:125).
Sebenarnya Kongres Pemuda II pada 28 Oktober memperoleh tempat sebagai salahsatu hari nasional di Indonesia bukan karena pengasosiasinya terhadap sumpah untuk persatuan melainkan pada saat Kongres Pemuda untuk pertama kalinya diperdengarkan lagu Indonesia Raya.Dekolonisasi,seperti yang dihasilkan dalam arti-arti yang melekat pada Sumpah Pemuda,adalah sebuah proses yang aktif,yaitu proses yang menuntut keterlibatan masyarakat dari semua tingkat.Sumpah Pemuda dimanfaatkan untuk menyatukan symbol-simbol kebangsaan karena mempunyai visi kedepan ,bukan sebaliknya.Sumpah Pemuda juga dimanfaatkan untuk menyangkal konsep-konsep yang sudah esensial mengenai kesatuan rasa tau agama.
Peringatan hari Sumpah Pemuda dalam visi Soekarno tentang Indonesia juga telah menjadi bagian dari perjuangan untuk meneruskan keinginan-keinginan prakemerdekaan ke dalam realitas politik dan budaya.Sumpah Pemuda juga memberi jalan terhadap suatu konsep,yaitu bahwa kepentingan kelompok harus digantikan oleh fungsi kelompok sebagai sebuah pelayanan terhadap organisasi secara keseluruhan . Tanggal 28 Oktober menjadi catatan sejarah bagi perjalanan bangsa Indonesia, karena para pemuda mempertaruhkan semua jiwa raga untuk bangsa Indonesia dan bersatu padu memperkuat diri untuk menuju kemerdekaan tahun 1945.
Kondisi ketertindasan yang mendorong para pemuda pada saat itu membulatkan tekad untuk berjuang demi mengangkat harkat dan martabat rakyat Indonesia. Di masa perperangan melawan penjajah, para pemuda mendeklarasikan diri dalam Satu Tanah Air, Satu Bangsa, dan Satu Bahasa, yaitu Indonesia. Sumpah Pemuda merupakan awal dari kelahiran bangsa Indonesia. Di mana selama ratusan tahun tertindas di bawah kekuasaan penjajah Belanda. Kondisi ini mendorong para pemuda menyatukan barisan untuk memperjuangkan kemerdekaan rakyat Indonesia hingga berhasil mencapai kemerdekaannya pada tanggal 17 Agustus 1945.
Dari isi Sumpah Pemuda,dapat kita pahami bahwa bagi bangsa Indonesia, Sumpah Pemuda merupakan suatu komitmen bersama untuk bersatu melawan penjajah, memerangi kemiskinan, keterbelakangan, dan kebodohan bidang pendidikan. Momen inilah yang membuka pintu bagi para pejuang hingga mencapai kemerdekaan Republik Indonesia pada tanggal 17 Agustus 1945.
Mengapa Sumpah Pemuda merupakan awal kelahiran bangsa Indonesia?. Jawabannya ada 3 makna yang terkandung di dalam Sumpah Pemuda, yaitu
(1) Sumpah Pemuda sebagai catatan penting dalam sejarah Indonesia untuk mempersatukan perjuangan pemuda dalam merebut kemerdekaan.
(2) Sumpah Pemuda meletakkan arah dan tujuan perjuangan menentang kolonialisme, salah satunya melalui pendidikan.
(3) Sumpah Pemuda sejatinya adalah cikal bakal menuju proklamasi kemerdekaan Republik Indonesia pada tanggal 17 Agustus 1945.
Dengan demikian, kemerdekaan merupakan harga mati yang harus dicapai, dipertahankan, dan diisi melalui pemerataan pembangunan untuk menghilangkan jurang kemiskinan dan pendidikan untuk menghapus kemodohan dan keterbelakangan masyarakat. Sejajar dengan cita-cita sumpah pemuda, dan tentu saja cita-cita proklamasi kemerdekaan 17 Agustus 1945, kami menganggap pemuda tetap punya “tanggung-jawab” untuk berjuang mewujudkan cita-cita masyarakat adil dan makmur itu.
Itulah spirit dari seruan Bung Karno: “Jangan mewarisi abu Sumpah Pemuda, tapi warisilah api Sumpah Pemuda. Kalau sekadar mewarisi abu, saudara-saudara akan puas dengan Indonesia yang sekarang sudah satu bahasa, bangsa, dan tanah air. Tapi ini bukan tujuan akhir.”( http://www.berdikarionline.com/)
Sebagai sebuah bangsa yang sedang berjalan menuju cita-cita, kita mesti melihat apakah kita masih berjalan di haluan yang tepat atau salah haluan.Pidato Bung Karno pada tanggal 1 Juni 1945 (pidato kelahiran Pancasila). Bung Karno dengan jelas mengatakan “ingin hidup menjadi satu bangsa, satu nationaliteit yang merdeka, ingin hidup sebagai anggota dunia yang merdeka, yang penuh dengan perikemanusiaan, ingin hidup di atas dasar permusyawaratan, ingin hidup sempurna dengan sociale rechtvaardigheid (kesejahteraan sosial), ingin hidup dengan sejahtera dan aman, dengan Ketuhanan yang luas dan sempurna.” ( http://www.berdikarionline.com/)
Cita-cita nasional , dalam pembukaan UUD 1945. Di situ dituliskan dengan jelas kata-kata berikut: “untuk membentuk suatu pemerintah negara Indonesia yang melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia dan untuk memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa, dan ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan sosial.”
Para founding father sudah meletakkan sebuah fondasi dasar untuk mengatur perekonomian Indonesia merdeka. Itulah semua sudah termaktub secara terang dan jelas dalam semangat pasal 33 UUD 1945.
Daftar Pustaka
Notosusanto, Nugroho,Marwati Djoened Poesponegor.1993. Sejarah Nasional Indonesia V. Jakarta: Balai Pustaka,.
Sudiyo. 1990. Perhimpunan Indonesia Sampai dengan Lahirnya Sumpah Pemuda. Jakarta: P.T. Rineka Cipta
Foulcher,Keith.2008. Sumpah Pemuda Makna dan Proses Penciptaan Simbol Kebangsaan Indonesia.: Jakarta:Komunitas Bambu
http://sumsel.kemenag.go.id/file/dokumen/REFLEKSIPERINGATANHARISUMPAHPEMUDA.pdf diunduh 5 Mei 2014 pukul 13.00 WIB
Artikel: http://www.berdikarionline.com/lipsus/20111023/gerakan-pemuda-dan-semangat-pasal-33-uud-1945.HTML diunduh 5 Mei 2014 pukul 13.10 WIB
Tags:
Masa Pergerakan