KEBUDAYAAN INDIA KUNO



PEMBAHASAN

1. Letak Geografis Lembah Sungai Indus

India adalah negara yang memiliki sejarah peradaban tinggi. Para ahli sejarah memperkirakan peradaban Lembah Sungai Indus pada kurun waktu 2800 SM-1800 SM. Peradaban India Kuno ini dikenal sebagai peradaban Harappa karena penggalian pertamanya di kota Harappa. Seorang arkeolog berkebangsaan Inggris bernama Sir John Hubert Marshall yang mengungkapkan adanya kota kuno Harappa dan Mohenjondaro pada awal abad ke-20. Peradaban kuno tersebut berada di tepi aliran dua sungai besar, yaitu Sungai Indus yang masih ada sampai sekarang dan Sungai Sarasvati yang mungkin telah kering pada akhir 1900 SM. Para ahli meyakini bahwa pusat peradaban Mohejodaro terletak di Lembah Indus yang berada di timur Sungai Indus, tepatnya di provinsi Sindu Pakistan dan kota Harappa diprovinsi Punjabi, India. Secara geografis, letak peradaban kuno ini di sebelah utara berbatasan dengan pegunungan Himalaya, sebelah barat berbatasan dengan Pakistan. Di selatan, berbatasan dengan Samudera Hindia dan sebelah timur berbatasan dengan Myanmar dan Bangladesh.


2. Sosial Budaya Lembah Sungai Indus

Penggalian-penggalian di situs Mohenjodaro-Harappa, mengungkapkan bahwa pendukung peradaban ini telah memiliki tingkat peradaban yang tinggi. Dari bukti-bukti peninggalan yang didapat, kita memperoleh gambaran bahwa penduduk Mohenjodaro-Harappa telah mengenal adat istiadat dan telah mempunyai kebiasaan-kebiasaan dalam masyarakatnya. Misalnya, banyak ditemukan amulet-amulet atau benda-benda kecil sebagai azimat yang berlubang-lubang, diasumsikan digunakan sebagai kalung. Lalu ditemukan juga materai yang terbuat dari tanah liat, yang kebanyakan memuat tulisan-tulisan pendek dalam huruf piktograf, yaitu tulisan yang bentuknya seperti gambar. Sayangnya, huruf-huruf ini sampai sekarang belum bisa dibaca, sehingga misteri yang ada di balik itu semua belum terungkap. 

Benda-benda lain yang ditemukan di kawasan Mohenjodaro-Harappa adalah bermacam-macam periuk belanga yang sudah dibuat dengan teknik tuang yang tinggi. Selain itu ditemukan juga benda-benda yang terbuat dari porselin Tiongkok yang diduga digunakan sebagai gelang, patung-patung kecil, dan lain-lain. Dari hasil penggalian benda, dapat diasumsikan bahwa teknik menuang logam yang telah mereka lakukan sudah tinggi. Mereka dapat membuat piala-piala emas, perak, timah hitam, tembaga, maupun perunggu. Penduduk Mohenjodaro-Harappa sudah mampu membuat perkakas hidup berupa benda tajam yang dibuat dengan baik. Namun, senjata seperti tombak, ujung anak panah, ataupun pedang, sangat rendah mutu buatannya. Hal ini mengindikasikan bahwa penduduk Mohenjodaro-Harappa merupakan orang-orang yang cinta damai, atau dengan kata lain tidak suka berperang. 

Pada masa ini pula, diduga masyarakat Mohenjodaro-Harappa telah mengenal hiburan berupa tari-tarian yang diiringi genderang. Di tempat penggalian ini juga ditemukan alat-alat permainan berupa papan bertanda serta kepingan-kepingan lain. Masyarakat Mohenjodaro-Harappa telah mempunyai tata kota yang sangat baik. Masyarakat pendukung kebudayaan ini juga dikenal mempunyai sistem sanitasi yang amat baik. Mereka mempunyai tempat pemandian umum, yang dilengkapi dengan saluran air dan tangki air di atas perbentengan jalan-jalan utama.

3. Penduduk Pertama Lembah Sungai Indus

Bangsa yang pertama kali membangun peradaban Mohenjodaro dan Harappa ini diperkirakan adalah Bangsa Dravida. Bangsa Dravida termasuk ras australoid dengan bibir tebal, kulit hitam, hidung pesek, berbadan tegap dan berambut ikal. Mereka sudah menetap dan tinggal di Lembah Indus dengan bercocok tanam sesuai keadaan alam sekitar lembah yang subur dan dialiri sungai.

Lambat laun, Lembah Indus menjadi ramai dengan jumlah penduduk diperkirakan mencapai 30 hingga 40 ribu orang. Jumlah populasi sebanyak itu terbagi menjadi dua, yaitu wilayah administratif dan wilayah kota. Wilayah administratif adalah daerah permukiman, banyak ditemui rumah tempat tinggal padat dengan jalan raya yang saling menyilang, serta toko-toko penjual tembikar di kedua sisi jalan. 

Sementara itu, wilayah kota adalah daerah pusat pemerintahan. Penghuninya adalah raja dan pimpinan lain beserta keluarganya. Antara wilayah pemukiman dan wilayah pemerintahan dibatasi pagar tinggi besar yang dilengkapi menara dan sistem saluran air bawah tanah.

4. Perkembangan Kepercayaan Lembah Sungai Indus

Masyarakat Lembah Sungai Indus telah mengenal cara penguburan jenazah, tetapi, hal ini disesuaikan dengan tradisi suku bangsanya. Di Mohenjodaro contohnya, masyarakat melakukan pembakaran jenazah. Asumsi ini didapat karena pada letak penggalian Kota Mohenjodaro tidak terdapat kuburan. Jenazah yang sudah dibakar, lalu abu jenazahnya dimasukkan ke dalam tempayan khusus. Namun ada kalanya, tulang-tulang yang tidak dibakar, disimpan di tempayan pula. Objek yang paling umum dipuja pada masa ini adalah tokoh “Mother Goddess”, yaitu tokoh semacam Ibu Pertiwi yang banyak dipuja orang di daerah Asia Kecil. Mother Goddess digambarkan pada banyak lukisan kecil pada periuk belanga, materai, dan jimat-jimat. 

Dewi-dewi yang lain nampaknya juga digambarkan dengan tokoh bertanduk, yang terpadu dengan pohon suci pipala. Ada juga seorang dewa yang bermuka 3 dan bertanduk. Lukisannya terdapat pada salah satu materai batu dengan sikap duduk dikelilingi binatang. Dugaan ini diperkuat dengan ditemukannya gambar lingga yang merupakan lambang Dewa Siwa. Namun, kita juga tidak dapat memastikan, apakah wujud pada materai tersebut menjadi objek pemujaan atau tidak. Meskipun demikian, dengan adanya bentuk hewan lembu jantan tersebut, pada masa kemudian, bentuk hewan seperti ini dikenal sebagai Nandi, yaitu hewan tunggangan Dewa Siwa.

5. Keadaan Politik dan Pemerintahan Lembah Sungai Indus

Kondisi kehidupan perpolitikan pada masa transisi (pasca Harappa hingga masa Arya), tampaknya mulai terganggu dengan menyusutnya penduduk yang tinggal di kawasan Lembah Indus selama paruh kedua millenium II SM. Mungkin saja terjadi karena pendukung kebudayaan Indus itu musnah atau melarikan diri agar selamat ke tempat lain, sementara para penyerang tidak bermaksud untuk meneruskan tata pemerintahan yang lama. Hal ini bisa terjadi karena diasumsikan tingkat peradaban bangsa Arya yang masih dalam tahap mengembara, belum mampu melanjutkan kepemimpinan masyarakat Indus yang relatif lebih maju, dilihat dari dasar kualitas peninggalan kebudayaan yang mereka tinggalkan.

6. Sistem Ekonomi Lembah Sungai Indus

Sistem perekonomian masyarakat lembah Sungai Indus sangat bergantung pada pengolahan lahan pertanian di sekitar sungai. Di kawasan ini, petani menanam padi, gandum, sayuran, buah-buahan, dan kapas. Selain itu mereka juga beternak sapi, kerbau, domba, dan babi. Selain pertanian dan peternakan, perdagangan juga merupakan aspek perekonomian penting bagi masyarakat lembah Sungai Indus. Kelebihan hasil pertanian membuat mereka dapat melakukan perdagangan dengan bangsa lain terutama dengan penduduk Mesopotamia. Barang dagangan yang diperjual-belikan masyarakat lembah Sungai Indus adalah barang-barang dari perunggu dan tembaga, bejana dari perak dan emas, serta perhiasan dari kulit dan gading.

7. Kejayaan Lembah Sungai Indus

Masa sebelum 4000 SM dianggap sebagai masa pra sejarah dan peradaban Sumeria dianggap peradaban tertua didunia, namun selama ini terdapat berbagai diskusi, teori dan penyelidikan mengenai kemungkinan bahwa dunia pernah mencapai sebuah peradaban yang maju sebelum tahun 4000 SM. Serta memiliki unsur moderanitas yang tinggi.

Mohenjodaro adalah salah satu situs dari situs peninggalan permukiman terbesar dari Kebudayaan Lembah Sungai Indus, terletak di propinsi Sind, Pakistan. Diperkirakan dibangun sekitar tahun 2600 Sebelum Masehi, kota yang termasuk salah satu permukiman kota pertama di dunia, bersamaan dengan peradaban Mesir Kuno, Mesopotamia dan Yunani Kuno. Arti dari kota Mohenjo-daro adalah “Bukit orang mati”. Seringakali kota tua ini disebut dengan “Metropolis Kuno di Lembah Indus”. Saat ini Reruntuhan bersejarah tersebut telah terdaftar di UNESCO sebagai Situs Warisan Dunia.

Beberapa benda peninggalan penuh sejarah dan teka-teki ditemukan di situs tersebut, seperti huruf, bangunan, perhiasan, alat rumah tangga, permainan anak-anak yang sudah dihiasi seni gambar dan seni ukir yang indah. Para penduduk telah mengenal berbagai jenis binatang seperti gajah, unta, kerbau, anjing. Berdasarkan benda-benda yang ditemukan disana dapat disimpulkan jika peradaban Lembah Sungai Indus di Mohenjodaro sudah sangat tinggi dan modern.



Harappa terletak di Punjab, timur laut Pakistan sekitar 35 km tenggara Sahiwal terletak di bantaran bekas Sungai Ravi. Munculnya peradaban Harappa lebih awal dibanding kitab Weda, saat itu bangsa Arya belum sampai ke India. Tahun 2500 Sebelum Masehi, bangsa Troya mendirikan kota Harappa dan Mohenjon-daro serta beberapa kota megah lainnya didaerah sekitar aliran sungai India. Kota modernnya terletak di sebelah kota kuno ini dihuni antara tahun 3300 hingga 1600 SM. Di kota tersebut banyak ditemukan relik dari masa Budaya Indus yang terkenal sebagai budaya Harappa.

Kota Harappa memiliki lay-out kota yang sangat canggih. Benda-benda peninggalan juga banyak ditemukan di kota tersebut seperti arca, patung (terra cotta) yang diukir seperti bentuk wanita telanjang dengan dada terbuka (bermakna bahwa ibu merupaka sumber kehidupan), alat dapur dari tanah liat, periuk belanga, pembakaran dari batu keras, dan sebuah patung pohon disamping dewa (gambaran kesucian pohon bodhi tempat Sidharta menerima wahyu). Arca-arca yang ditemukan melukiskan lembu yang menyerang harimau dan lembu yang bertanduk sebagai gambaran bahwa mereka sangat mensucikan binatang. Hal ini tampak ketika masyarakat India mensucikan sapi sampai sekarang.

8. Kemunduran Lembah Sungai Indus

Beberapa teori menyatakan bahwa jatuhnya peradaban Mohenjodaro-Harappa disebabkan karena adanya kekeringan yang diakibatkan oleh musim kering yang amat hebat serta lama. Atau mungkin juga disebabkan karena bencana alam berupa gempa bumi ataupun gunung meletus, mengingat letaknya yang berada di bawah kaki gunung. Wabah penyakit juga bisa dijadikan salah satu alasan punahnya peradaban Mohenjodaro-Harappa. 

Tetapi, satu hal yang amat memungkinkan menjadi penyebab runtuhnya peradaban Mohenjodaro-Harappa ialah adanya serangan dari luar. Diduga, serangan ini berasal dari bangsa Arya. Mereka menyerbu, lalu memusnahkan seluruh kebudayaan bangsa yang berbicara bahasa Dravida ini. Hal ini sesuai dengan yang disebutkan pada kitab Weda. Di dalam kitab itu, disebutkan bahwa bangsa yang dikalahkan itu ialah Dasyu atau yang tidak berhidung. Dugaan tersebut didasarkan atas anggapan bahwa orang-orang yang mereka taklukkan adalah orang-orang yang tidak suka berperang. Hal ini bisa dilihat dari teknologi persenjataan yang kurang baik, misalnya dari kualitas ujung tombak maupun pedang mereka.

Bukti-bukti yang lain adalah adanya kumpulan tulang belulang manusia yang terdiri atas anak-anak dan wanita yang berserakan di sebuah ruangan besar dan di tangga-tangga yang menuju tempat pemandian umum ataupun jalanan umum. Bentuk dan sikap fisik yang menggeliat, mengindikasikan adanya serangan, apalagi jika melihat adanya bagian tulang leher yang terbawa ke bagian kepala, ketika kepala itu terlepas dari tubuh. Sejak 1500 SM, peradaban Mohenjodaro-Harappa runtuh, tidak lama setelah bangsa Arya itu memasuki wilayah India lewat Iran. Sejak saat itu, dimulailah masa baru dalam perkembangan kebudayaan India di bagian utara.

9. Peninggalan Lembah Sungai Indus

Peninggalan Budaya

a. Arsitektur

Peninggalan masyarakat lembah Sungai Indus yang sangat berperan dalam mengungkap peradaban mereka adalah ditemukannya reruntuhan kota kuno Mohenjo daro di Pakistan Selatan dan Harappa di Punjab, India. Kedua kota ini dipisahkan oleh gurun tandus sepanjang 644 km. Bangunan kota kuno ini dibuat dengan batu bata merah yang sudah dibakar serta dipoles dengan kapur dan semen. Rumah-rumah banyak yang bertingkat dua dan tiga lengkap dengan tangganya, serta dilengkapi pula oleh sumur dan kamar mandi. 

Kota Mohenjodaro dan Harappa dibangun berdasarkan pada pola perencanaan kota yang sangat baik. Perumahan penduduk sangat teratur, jalan-jalannya dibuat lurus dan lebar, saluran-saluran air yang baik, dan dibuat pula tempat pemandian umum dengan ukuran 12 meter X 7 meter, serta lumbung-lumbung tempat penyimpanan bahan makanan terutama gandum dengan ukuran 15 meter X 6 meter.

b. Perhiasan

Gambar gelang yang banyak ditemukan di Mohenjo Daro dan Harappa
Di reruntuhan Mohenjo Daro dan Harappa banyak ditemukan berbagai bentuk perhiasan wanita yang terbuat dari logam, kulit, dan gading.

c. Mainan Anak

Banyak ditemukan berbagai bentuk mainan anak berupa kereta binatang yang terbuat dari tanah liat yang dibakar yang disebut dengan terracota.

d. Cap atau Stempel

Benda peninggalan masyarakat lembah Sungai Indus yang banyak ditemukan adalah cap atau stempel yang terbuat dari tanah liat yang dibakar. Cap atau stempel tersebut berbentuk segi empat dan hanya berukuran 2,5 cm saja. Cap stempel ini ditemukan sebanyak 250 lambang dengan berbagai bentuk gambar manusia, binatang dan disertai dengan tulisan gambar (piktograf). Biasanya cap stempel ini dipergunakan para pedagang untuk menandai barang-barang miliknya. Namun, tulisan gambar yang tertera di cap stempel tersebut sampai sekarang masih belum bisa diterjemahkan. 




Post a Comment

Previous Post Next Post