Konsep Bangsa Melanesoid dan Negrito



A. Konsep Bangsa Melanesoid dan Negrito 

Bangsa Melanesia/Papua Melanosoide berasal dari Teluk Tonkin, tepatnya dari Bacson-Hoabinh. Fisik Bangsa Melanesia adalah berkulit hitam, berbadan kecil, dan termasuk tipe Vedoddoid- Austroloid. Bangsa Melanesia memiliki cirri kehidupan antara lain Berkebudayaan Mesolitikum, sudah mulai menetap sementara dalam kelompok (seminomaden), sudah mengenal api, mampu meramu bahan bakar, dan berburu bintang. Keturunan bangsa Melanesia di Indonesia antara lain kulit kehitam-hitaman, Berbadan kekar, Rambut keriting, Mulut lebar, dan Hidung mancung. Keturunan bangsa Melanesia antara lain orang-orang di pedalaman Malaya, orang Aeta di pedalaman Filipina , orang Sakai di Siak, , serta orang- orang Papua Melanosoide di Papua dan pulau-pulau Melanesia. Selain itu bangsa Melanesia memiliki cirri-ciri kulit kehitaman, badan kekar, rambut keriting, mulut lebar, dan hidung mancung. 

Ras lain yang juga terdapat di Kepulauan Indonesia adalah ras Melanesoid. Mereka tersebar di lautan Pasifik di pulau-pulau yang letaknya sebelah Timur Irian dan benua Australia. Di Kepulauan Indonesia mereka tinggal di Papua. Bersama dengan Papua-Nugini dan Bismarck, Solomon, New Caledonia dan Fiji, mereka tergolong rumpun Melanesoid. Menurut Daldjoeni suku bangsa Melanesoid sekitar 70% menetap di Papua, sedangkan 30% lagi tinggal di beberapa kepulauan di sekitar Papua dan Papua-Nugini. 

Asal mula bangsa Melanesia, yaitu Proto Melanesia merupakan penduduk pribumi di Jawa. Mereka adalah manusia Wajak yang tersebar ke timur dan menduduki Papua, sebelum zaman es berakhir dan sebelum kenaikan permukaan laut yang terjadi pada saat itu. Di Papua manusia Wajak hidup berkelompok-kelompok kecil di sepanjang muara-muara sungai. Mereka hidup dengan menangkap ikan di sungai dan meramu tumbuh-tumbuhan serta akar-akaran, serta berburu di hutan belukar. Tempat tinggal mereka berupa perkampungan-perkampungan yang terbuat dari bahanbahan yang ringan. Rumah-rumah itu sebenarnya hanya berupa kemah atau tadah angin, yang sering didirikan menempel pada dinding gua yang besar. Kemah-kemah dan tadah angin itu hanya digunakan sebagai tempat untuk tidur dan berlindung, sedangkan aktifitas lainnya dilakukan di luar rumah. 

Dalam sejarah, Bangsa Negrito memiliki ciri-ciri sehinga memudahkan kita dalam mebedakan Bangsa Negrito dengan yang lainnya. Bangsa Negrito merupakan hasil dari teori Yunan dalam persebaran manusia di nusantara atau di Indonesia dimana dalam teori yunan terdapat tiga golongan, mulai dari pertama yakni Bangsa Negrito, proto melayu, deutero melayu. Bangsa Negrito merupakan penduduk paling awal di Kepulauan Nusantara. Mereka diperkirakan sudah mendiami kepulauan ini sejak 1.000 SM. Hal ini didasarkan pada hasil penemuan arkeologi di Gua, Cha, Kelantan, Malaysia. Bangsa Negrito ini kemudian menurunkan orang Semang, yang sekarang banyak terdapat di Malaysia. Sebutan Negrito diberikan oleh orang-orang Spanyol karena yang mereka jumpai itu berkulit hitam mirip dengan jenis-jenis Negro. Sejauh mana kelompok Negrito itu bertalian darah dengan jenis-jenis Negro yang terdapat di Afrika serta kepulauan Melanesia (Pasifik). Bangsa Negrito mempunyai ciri-ciri fisik yakni, Berkulit gelap, Berambut keriting, Bermata bundar, Berhidung lebar, Berbibir penuh, Ukuran badan yang pendek. 

B. Migrasi dan penyebaran bangsa Melanesoid dan bangsa Negroid di Indonesia 

1. Bangsa Melanesoid 

Pada mulanya kedatangan Bangsa Melanesoid di Papua berawal saat zaman es terakhir, yaitu tahun 70.000 SM. Pada saat itu Kepulauan Indonesia belum berpenghuni. Ketika suhu turun hingga mencapai kedinginan maksimal, air laut menjadi beku. Permukaan laut menjadi lebih rendah 100 m dibandingkan permukaan saat ini. Pada saat itulah muncul pulau-pulau baru. Adanya pulau-pulau itu memudahkan mahkluk hidup berpindah dari Asia menuju kawasan Oseania. 

Bangsa Melanesoid melakukan perpindahan ke timur hingga ke Papua, selanjutnya ke Benua Australia, yang sebelumnya merupakan satu kepulauan yang terhubungan dengan Papua. Ketika bangsa Malanesia tersebut bermigrasi, pulau Sumatera, Kalimantan dan Jawa masih menyatu dengan Benua Asia (interglasial-Pleistocene). Sedangkan Maluku dan Papua masih menyatu dengan Ausralia, sementara Sulawesi dan kepulauan Nusa Tenggara masih sebagai pulau-pulau tersendiri. Bangsa Melanesoid saat itu hingga mencapai 100 ribu jiwa meliputi wilayah Papua dan Australia. Peradaban bangsa Melanesoid dikenal dengan paleotikum. Pada saat masa es berakhir dan air laut mulai naik lagi pada tahun 5000 S.M, kepulauan Papua dan Benua Australia terpisah seperti yang dapat kita lihat saat ini. Pada saat itu jumlah penduduk mencapai 0,25 juta dan pada tahun 500 S.M. mencapai 0,5 jiwa. 

2. Bangsa Negroid 

Bangsa Negrito diyakini merupakan penduduk pertama kepulauan Nusantara. ada masa itu, tinggi muka air laut turun hingga 125 meter, sehingga Pulau Sumatera, Jawa, dan Kalimantan tergabung dengan Benua Asia, sedangkan Papua terhubung dengan Australia. (ingat, penduduk manusia, bukan manusia purba seperti Pithecantropus, Homo erectus, dll.) Ketika itu, bangsa Negrito tidak hanya mendiami Indonesia, namun juga Semenanjung Malaya, Kepulauan Andaman, hingga Filipina. Bangsa ini membawa budaya Paleolitik dengan kehidupan nomaden dan diperkirakan telah mampu mengarungi lautan menggunakan rakit bambu sederhana. 

Beberapa ahli memperkirakan bahwa bangsa ini bukan hanya mendiami Asia Tenggara, namun juga Asia Timur, seperti Taiwan (lihat artikel sebelumnya), Korea, Jepang, hingga Benua Amerika (lihat "Wanita Luzia"). Penduduk pertama Australia diperkirakan juga bebangsaal dari bangsa ini, namun tidak ada bukti yang cukup kuat. Penduduk Pulau Tasmania juga diyakini merupakan bagian dari bangsa ini, yang terdesak oleh bangsa Papua-Melanesia yang datang belakangan, namun teori ini cukup kontroversial. Secara bangsaial, bangsa ini termasuk bangsa Australoid. Sisa-sisa bangsa ini dapat ditemukan di Filipina (Aeta, Ati, Batak), Thailand (Mani), Malaysia (Semang, Jahai), serta Kepulauan Andaman. Kini, bangsa ini telah kehilangan bahasa asli mereka dikarenakan kontak dengan penduduk pendatang, kecuali bahasa di kepulauan Andaman yang masih dituturkan meski terancam punah. 

C. Hasil Kebudayaan dan Keterkaitan antara rumpun bangsa melanesoid dengan asal usul nenek moyang Indonesia 

Para ahli paleo-antropologi menyebut orang Melanesoid sebagai penduduk asli orang Irian yaitu Papua Melanosoid dengan alasan bahwa mereka telah menurunkan penduduk Irian sekarang dan penduduk kepulauan Melanesia. Lalu pada perkembangannya, orang Papua Melanosoid di Irian ini mengembangkan suatu kebudayaan yang berbeda dengan kebudayaan di bagian barat kepulauan Indonesia yaitu budaya kapak lonjong. Kemudian kebudayaan kapak lonjong ini dapat diidentifikasi asal penyebarannya yaitu dari daratan Asia ke Jepang, Formosa, Filipina lalu ke Indoesia Timur yaitu ke Maluku Utara dan ke Irian. 

Daerah penyebaran budaya kapak lonjong tersebut dapat diketahui dengan ditemukannya kapak sejenis di berbagai tempat selai di Irian seperti di Seram, Gorong, Tanimbar, Leti, Minahasa dan Serawak (Kalimantan Utara). Selain di kepulauan Indoonesia, kapak tersebut juga ditemukan di Tiongkok dan Jepang, di daerah Assam dan Birma Utara. 

Ketika bangsa Melanesoid datang, mereka mulai menetap, walaupun seminomaden. Jika sudah tidak mendapatkan lagi makanan mereka akan pindah. Oleh karena itu, mereka memilih daerah yang banyak menghasilkan. Kebudayaan bangsa Melanesoid ini adalah kebudayaan Mesolitikum yang sudah mulai hidup menetap dalam kelompok, sudah mengenal api, meramu dan berburu binatang. Sekitar tahun 2000 SM, bangsa melanesoid yang akhirnya menetap di nusantara.Bangsa ini sampai sekarang masih terdapat sisa-sisa keturunannya seperti Suku Sakai/Siak di Riau, dan suku-suku bangsa Papua Melanosoide yang mendiami Pulau Irian dan pulau-pulau Melanesia. 

Sebutan Negrito diberikan oleh orang-orang Spanyol karena yang mereka jumpai itu berkulit hitam mirip dengan jenis-jenis Negro yang terdapat di Afrika serta kepulauan Melanesia (Pasifik). Bangsa Negrito mempunyai ciri-ciri fisik yakni, Berkulit gelap, Berambut keriting, Bermata bundar, Berhidung lebar, Berbibir penuh, Ukuran badan yang pendek. Bangsa ini membawa budaya Paleolitik dengan kehidupan nomaden dan diperkirakan telah mampu mengarungi lautan menggunakan rakit bambu sederhana. Sisa-sisa bangsa ini dapat ditemukan di Filipina (Aeta, Ati, Batak), Thailand (Mani), Malaysia (Semang, Jahai), serta Kepulauan Andaman. Kini, bangsa ini telah kehilangan bahasa asli mereka dikarenakan kontak dengan penduduk pendatang, kecuali bahasa di kepulauan Andaman yang masih dituturkan meski terancam punah

1 Comments

Previous Post Next Post