Konsep Diakronis dan Sinkronis




1. Berpikir Diakronis 

Sejarah bersifat diakronik berarti memanjang dalam waktu tetapi terbatas dalam ruang, sejarah akan membicarakan satu peristiwa tertentu dengan tempat tertentu, dari waktu A sampai waktu B. Sejarah akan diceritakan secara kronologis waktunya. Sejarah bersifat diakronik digunakan untuk menceritakan kronologis suatu peristiwa di satu tempat. 

1. Tentara Sekutu yang diboncengi NICA mendarat di Semarang pada tanggal 20 Oktober 1945. 

2. Tanggal 23 November 1945 ketika matahari mulai terbit, mulailah terjadi tembak-menembak antara para pejuang kemerdekaan dengan pasukan Sekutu. 

3. Kolonel Soedirman mengadakan rapat dengan para Komandan Sektor TKR dan Laskar pada tanggal 11 Desember 1945. 

4. Serangan mulai dilancarkan pada tanggal 12 Desember 1945 pukul 4.30 pagi. 

5. Pertempuran berakhir pada tanggal 15 Desember 1945 dan Indonesia berhasil merebut Ambarawa. Sekutu dibuat mundur ke Semarang. 

2. Berpikir Sinkronis 

Cara berpikir sinkronis dalam sejarah berarti berpikir yang meluas dalam ruang tetapi terbatas dalam waktu. Cara berpikir ini menganalisa suatu kejadian di satu atau beberapa tempat dalam satu waktu. Cara berpikir sinkronis penting dalam sejarah karena berfungsi untuk menganalisis keadaan suatu tempat pada waktu tertentu. Sifatnya horizontal dan menganalisis peristiwa sezaman. Berikut adalah contoh cara berpikir sinkronis dalam sejarah. 

Contoh Konsep Berpikir Sinkronis 

Suasana di Jakarta Saat Pembacaan Proklamasi Kemerdekaan 17 Agustus 1945 
Pembacaan Proklamasi pada tanggal 17 Agustus 1945 adalah peristiwa yang paling bersejarah dan paling penting bagi bangsa Indonesia. Peristiwa itu terjadi di Jalan Pegangsaan Timur Nomor 56 (Sekarang Jalan Proklamasi). Pembacaan Proklamasi dihadiri oleh sekitar 500 orang dari berbagai kalangan dengan membawa apapun yang bisa digunakan sebagai senjata. Meskipun Jepang sudah dikalahkan oleh Sekutu, Balatentara Dai Nippon (Jepang) masih berada di Jakarta. Suasana di Jakarta masih kondusif. 

Awalnya Proklamasi akan dibacakan di Lapangan Ikeda, namun dipindahkan ke kediaman Soekarno karena dikhawatirkan terjadi pertumpahan darah. Akibatnya, sekitar 100 anggota Barisan Pelopor kembali berjalan dari Lapangan Ikeda ke kediaman Soekarno. Mereka datang terlambat dan menuntut pembacaan ulang Proklamasi. Namun ditolak dan hanya diberikan amanat singkat oleh Hatta. 

Referensi 

Kemdikbud, 2013. Sejarha Indonesia Kelas X. Politeknik Negeri Media Kreatif. Jakarta. 

Hapsari, Ratna. 2013. Sejarah Indonesia untuk SMA/MA Kelas X. Erlangga. PT. Gelora Aksara Pratama. Jakarta. 













Post a Comment

Previous Post Next Post