A. Latar Belakang dibentuknya Organisasi Perhimpunan Indonesia
Sejak tahun 1901 pemerintah Hindia Belanda menjalankan politik etis yang pada dasarnya pemerintah ingin memperbaiki kesejahteraan rakyat. Salah satu dari pelaksanaan politik itu ialah diberikannya kesempatan pada anak-anak Indonesia untuk mengikuti sekolah. Diantara mereka itu ada yang melanjutkan ke jenjang yang lebih tinggi di Belanda. Karena para pemuda-pemuda Indonesia ini tinggal di negeri orang, sehingga mereka sering mengadakan perkumpulan untuk sekedar berjumpa dan bersilaturahmi saja.
Perkumpulan pelajar-pelajar indonesia di Belanda ini pertamanya bernama Indische Vereninging (IV) yang didirikan pada tahun 1908 diantaranya oleh Sultan Kasayangan dan R.M. Noto Suroto. Semula organisasi ini hanya untuk kepentingan orang Indonesia yang ada dinegeri Belanda. Perkumpulan ini sebagai pusat untuk berkumpulnya dan mengikat hubungan persaudaraan lebih erat antar pelajar-pelajar Indonesia, dan pada saat it anggotanya masih sedikit.
Meskipun tidak bersifat politik, organisasi ini bersifat umum. Maksud pertama didirikannya perkumpulan ini untuk mendirikan cabang perkumpulan orang Jawa Budi Utomo namun tidak dapat dijalankan. Lalu pada November 1917 diadakan kerjasama dan gabungan Indiche Vereninging dengan organisasi pelajar-pelajar Tionghoa dan Belanda, untuk pelajar Belanda sendiri yang nantinya akan bekerja di Indonesia. Hal itu dilakukan untuk memajukan persaudaraan antar jenis-jenis golongan pelajar dan akan membangkitkan perhatian pelajar Belanda terhadapa Indonesia. Namun gabungan tersebut semakin lama semakin memudar.
Sementara itu IV telah menjelma menjadi perkumpulan yang berjiwa baru yang mengutamakan masalah-masalah politik. Jiwa kebangsaannya semakn teba maka tidak mengherankan kalau pada tahun 1922 IV diganti menjadi Indonesiasche Vereninging dan pada tahun 1925 diganti dengan nama baru yaitu Perhimpunan Indonesia dan mengeluarkan sebuah majalah yang diberi nama “Indonesia Medeka”. Pimpinan PI yang muncul pada waktu itu ialah Iwa Kusuma, Sumantri, JB. Sitanala, Moh. Hatta, Saatramulyo, dan D. Mangkunigrat.
B. Pemikiran dari Organisasi Perhimpunana Indonesia
Setelah berganti nama menjadi Perhimpunan indonesia, dasar dari PI sendiri adalah megusahakan pemerintahan untuk Indonesia, yang bertanggungjawab hanya kepada rakyat Indonesia. Bahwa yang demikian tersebut dapat tercapai oleh orang Indonesia sendiri, bukan dengan pertolongan siapapun. Bahwa segala jenis penjajahan harus segera dihindarkan agara tujuan tersebut bisa terlaksana.
Dari dasar tesebut maka sikap yang diambil oleh PI jelas sekali, yaitu sikap nonkooperasi. Politik nonkooperasi merupakan politik yang terpuji selama pemerintahan kolonial tidak memberikan hak-hak kepada rakyak Indonesia. Kemerdekaan Indonesia hanya diperoleh melalui aksi bersama yaitu kekuatan serentak oleh seluruh rakyat berdasarkan kekuatan sendiri. Untuk mencapai tujuan itu diperlukan persatuan seleruh rakyat. Perbedaan kepentingan dihilangkan agar tidak merusak kehidupan jasmani dan rokhani orang Indonesia. Hal in dibuktikan dengan tidak turut duduk dalam Majelis Perwakilan.
Perhimpunan Indonesia menjadi organisasi politik radikal karena pengaruh dari Moh. Hatta. Dialah yang menyebabkan PI berkembang dan dialah yang merangsang intelektual rekan-rekannya. Oleh karena itu Perhimpunan Indonesia mempunyai tujuan sebagai berkut :
- Menyadarkan para mahasiswa agar mempunyai komitmen yang bulat tentang persatuan dan kemerdekaan Indonesia, sebagai elit intelektual dan profesional harus bertanggungjawab untuk memimpin rakyat melawan penjajah;
- PI harus membuka mata rakyat Belanda bahwa pemerintah kolonial sangat opresif dan meyakinkan rakyat Indonesia tentang kebenaran perjuangan kaum nasionalis.
- Mengembangkan ideologi yang bebas dan kuat diluar pembatasan-pembatasan Islam dan komunis.
Sejak tahun 1925 Perhimpunan Indonesiamempunyai empat pemikiran pokok yang mencakup :
- Kesatuan nasional : mengesampingkan perbedaan berdasarkan perbedaan berdasarkan daerah dan membentuk kesatuan aksi melawan Belanda serta menciptakan negara kebangsaan Indonesia yang merdeka dan bersatu.
- Solidaritas : pertentangan kepentingan antara penjajah dan mempertajam konflik antara kaum kulit putih dan sawo matang
- Nonkooperasi : kemerdekaan bukanlah hadih dari Belanda, tetapi arus direbut dengan mengandalkan kekuatan sendiri.
- Swadaya : mengandalkan kekuatan sendiri dengan mengembangkan struktur alternatif dalam kehidupan nasioanal, politik, sosial, ekonomi, dan huku yang sejajar dengan administrasi kolonial.
C. Hubungan Perhimpunan Indonesia dengan Dunia Internasional
Aktivitas politik Perhimpunan Indonesia tidak hanya dilakukan di Belanda dan Indonesia, tetapi juga dilakukan secara Internasional. Para mahasiswa secara teratur melakukan diskusi dan mengkritik pemerintahan Belanda serta menuntut kemerdekaan Indonesia dengan segera.
Sejak pertengahan tahun 1925 PI menganjurkan bekas anggota-anggotanya yang puang ke Indonesia untuk bergabung dengan partai-partai yang ada dan menyakinkan mereka agar mau menerima gagasan PI. Dengan menyebarkan propagandanya yang terdapat dalam majalahnya yaitu “Indonesia Merdeka”, propaganda disebarkan oleh Budhyarto, Sartono dan Arnold Mononutu.
“Indonesia Merdeka” digunakan sebagia terompet propaganda PI yang sempat masuk ke Indonesia melalui berbagai cara. Tulisan dalam majalah itu menjadi dasar bagi diskusi politik yang hangat di kalangan mahasiswa di Bandung dan Jakarta.
PI mempunyai hubungan internasional dengan negara-negara jajahan seperti Mesir dan India. Dibawah Sukiman, PI menyadari perlunya membangkitkan perhatian luar terhadap Indonesia baik secara perseorangan maupun kelembagaan . Pada tahun 1925 Mononutu menjalin hubungan dengan mahasiswa-mahasiswa Asia Muda di Paris. Mereka seteju membentuk satu blok untuk membangkitkan minat dan perhatian terhadap cita-cita bangsa Asia. Usaha ini dilakukan untuk menghadapi konggres Demokratik Sedunia di Biervie, Paris. Didalam konggres itu Hatta dan Panikar dari India menyampaikan pidato yang kemudian dipakai pegangan oleh utusan Asia dalam konggres itu.
Pada tahun 1927 PI mengirimkan utusan untuk mengahadiri kongres Liga Anti Imperalisme di Brussel. Utusan PI, pimpinan Moh. Hatta menggabungkan diri dalam Liga. Akan tetapi di dalam Liga anggotanya saling berebut dominasi. Mula-mula kelompok sosialis, kemudian diikuti oleh PI dan yang terakhir kaum komunis. Mereka memang menghendaki suatu negara demokrasi, tetapi mereka sama sekali tidak setuju dengan geraka komunis.
Pada saat kaum komunis ingin menguasai Liga tersebut, pengaruhnya dari Moskow. Sebagai akibat dari dari keputusan Partai Buruh Sosial Demokrat Belanda, anggota-anggota sosialis keluar pada 22 April 1928 dari LIGA, hal tersebut juga dilakukan oleh Perhimpunan Indonesia. Karena dengan keluarnya kaum sosialis maka kaum komunis akan berpengaruh besar dan mereka itu akan jatuh dibawah panji-panji komunis.
Sebagai cara yang lain untuk mendapatkan perhatian Internasional terhadap tujuan pergerakan kebangsaan Indonesia, yaitu dengan ikut dalam kongres Demokrat Internasional yang keenam di Bierville, Parisdan kongres wanita Internasional di Gland, Swis pada Agustus 1927.
D. Peranan Perhimpunan Indonesia dalam pergerakan Kemerdekaan Indonesia
1. Peranan Artikel-Artikel Perhimpunan Indonesia
Para Pelajar yang ada dibelanda , mempunyai majalah yang namanya Hindia Putra. Namun pada tahun 1924 di ubah menjadi majalah Indonesia Merdeka. Nama ini disesuaikan dengan tujaun Perhimpuan Indonesia yaitu kemerdekaan Indonesia. Para Pelajar yang ada dibelanda meluruskan pemberitaan yang dikeluarkan oleh belanda tentang hal yang dipropagandakan oleh pihak Belanda dapat ditangkis dengan berita-berita yang termuat dalam majalah Indonesia Merdeka. Tentunya tulisan artikel-artikel yang termuat dalam majalah itu sangat membuat belanda semakin panas.
Untuk memperingati hari ulang tahun PI yang ke-15, mahasiswa PI menyusun buku yang berjudul “Gedenkboek 1908-1923 Indonesische Vereeniging”. Dalam buku tersebut memuat 13 artikel.yang isinya tentang Indonesia dan Nasionalisme. Ini membuat Belanda merasa terpukul dan khawatir.apabila Buku itu terbitnya di Hindia Belanda, maka pasti Belanda akan melarangnya. Namun karena buku itu terbitnya di negara Belanda, maka Belanda sulit untuk mencegahnya. Hal ini karena di Negara Belanda menganut hukum internasional, yan segala sesuatu berdasarkan demokrasi dan liberalisme. Sedangkan dinegeri jajahan diberlakukan hukum kolonial.
2. Hubungan Perhimpunan Indonesia dengan Sumpah pemuda
Gerakan perhimpunan Indonesia di Indonesia di negeri Belanda berdasarkan “non cooperation” dan “self-help”, yang ada pada masa itu belum ada di indonesia. Pergerakan nasional yang ada di Indonesia, pertama kali adalah Budi Utomo dari tahun 1908-1926, belum bergerak langsung dalam bidang politik. Namun, ketika para mahasiswa Indonesia di negeri Belanda telah banyak menyelesaikan pendidikannya, maka banyak pula anggota-anggota Budi Utomo yang mendapat pengaruh politik dan ingin segera merubah cara perjuangannya. Hal ini dapat dimengerti, karena Dr. Soetomo yang termasuk pendiri Budi Utomo, pernah pula menjadi ketua P.I di negeri Belanda. Dengan demikian usaha untuk mengubah cara perjuangan itu, telah ada kontak dengan P.I. di negeri Belanda.
Melalui majalah “Indonesia Merdeka” yang secara sembunyi-sembunyi dikirimkan ke Indonesia, jelas mempunyai pengaruh yang cukup besar terhadap pemikiran para tokoh pergerakan kemerdekaan Indonesia Pada tahun 1925, di Indonesia sudah banyak pelajar-pelajar yang duduk di sekolah lanjutan atas, bahkan di tingkat perguruan tinggi. Ini semua memudahkan cara untuk menebarluaskan cita-cita P.I. yang mengarah kepada cita-cita kemerdekaan.
Pada tahun 1925, di Indonesia telah didirikan perhimpunan pelajar-pelajar Indonesia (PPPI), tetapi peresmiannya baru tahun 1926. Anggota-anggotanya terdiri dari para pelajar-pelajar sekolah-sekolah tinggi yang ada di Jakarta dan di Bandung. Para tokoh PPPI antara lain ialah: Sugondo Djojopuspito, Sigit, Abdul Syukur, Sumito, Samijono, Wilopo, Moammad Yamin, A.K Gani, dan lain-lain.
PPPI juga dapat menampung berbagai pemuda yang telah mempunyai atau menjadi anggota perkumpulan pemuda yang bersifat kedaerahan. Pada masa ini cukup besar. Sebaliknya kehidupan persatuan Nasional semakin subur. Oleh karena itu, akan memudahkan untuk mencapai kesepakatan dalam menggalang persatuan Nasional. Inilah benih-benih terjadinya Ikrar pemuda (Sudiyo; 1989; 130)
PPPI juga mempunyai hubungan dengan Perhimpunan Indonesia (PI) di negeri Belanda, meskipun secara organisasi PPPI tidak ada hubungan secara langsung namun PPPI banyak mendapat kiriman majalah Indonesia merdeka selundupan dari P.I. oleh karena itu, PPPI mengetahui persis segala sesuatu yang dilakukan PI dinegeri Belanda. Maka tidak aneh lagi, apabila PPPI berusaha keras untuk meneruskan cita-cita PI dengan pemberitahuan perkembangan perjuangan PI dalam forum Internasional. Cita-cita PI dan segala usahanya tersebut disebarkan dikalangan masyarakat Indonesia. Oleh PPPI juga merupakan pergerakan utama dalam penyelengaraan kongres pemuda II. PPPI itu memberi pengaruh besar sekali kepada pemuda-pemuda kebangsaan untuk merealisasi cita-cita persatuan yang sudah beberapa tahun lamanya yang menghinggapi hati sanubari mereka (Sudiyo; 1989; 131)
Untuk mempersiapkan pelaksanaan kongres Pemuda II, tidak cukup memakan waktu satu atau dua hari. Pokok persoalan yang dapat menjadi bahan bahasan ialah bagaimana caranya mendapatkan bentuk persatuan diantara pemuda-pemuda indonesia yang sudah lama di cita-citakan itu. Juga akan di bicarakan dalam kongres Pemuda II tersebut soal-soal pendidikan, pengajaran, kebudayaan, kepanduan, kewanitaan dan meyakinkan rasa kesadaran nasional dan persatuan Nasional, untuk mencapai cita-cita kemerdekaan Indonesia.
Tentang berbentuk persatuan, PPPI mengusulkan agar semua perkumpulan pemuda besatu dalam satu perkumpulan yang merupakan badan “Fusi”. Usul PPPI ini sebenarnya merupakan ulangan dan usul PPPI yang di ajukan dalam kongres pemuda satu tahun 1926. Karena hal itu dianggap suatu hal yang penting, maka oleh PPPI di ajukan kembali. Sedangkan dari perkumpulan pemuda yang lain, yaitu Jong Java tersebut akan diberi nama”Pemuda Indonesia”. Kedua pendapat ini, sebenarnya telah dibahas dalam Kongres Pemuda I, tetapi belum mendapat keputusan dari Kongres tersebut.
Namun, setelah terjadi suatu peristiwa yang mengakibatkan banyak korban jiwa maupun penangkapan secara besar-besaran dan ditahannya para tokoh pergerakan nasional, maka kebutuhan terbentuknya persatuan sangat mendesak. Peristiwa tersebut adalah pemberontakan PKI pada bulan November 1926 yang gagal. Kemudian, juga peristiwa berdirinya perserikatan Nasional Indonesia (PNI), pada tanggal 4 juli 1927, yang selanjutnya atas usaha Ir. Soekarno dan beberapa orang pendirinya maka “Perserikatan” diganti menjadi “Partai”. Dengan demikian menjadi “Partai Nasional Indonesia” (disingkat PNI juga). Partai ini langsung bergerak dalam bidang politik dan berhaluan “non-cooperation” dan ‘self-help”,sebagaimana yang telah dilakukan oleh Perhimpunan Indonesia di negeri Belanda. PNI dengan tegas bertujuan untuk mencapai Indonesia merdeka.
Dari peristiwa-peristiwa tersebut diatas, maka usaha untuk pembentukan badan “Fusi” atau badan “Federasi” pemuda semakin dipercepat. Akhirnya secara praktis persiapan kongres Pemuda II telah terbentuk, sejak bulan Juni 1928. Semenjak terbentuknya pengurus Kongres itu, maka pengurus terus berusaha keras untuk terlaksananya Kongres Pemuda II. Hampir lima bulan lamanya, pengurus mempersiapkan kongres tersebut. Dari sejak acara pembukaan sampai dengan persidangan, telah disiapkan oleh panitia pengurus kongres. Pada tanggal 28 oktober 1928, maka kongres Pemuda II mengambil keputusan yang dibacakan oleh ketua kongres(Sugono Djoko Puspito):
Kerapatan pemuda-pemuda Indonesia yang diadakan oleh perkumpulan-perkumpulan pemuda yang berdasarkan kebangsaan dengan namanya: Jong Java, Jong Sumatranen Bond, Pemuda Indonesia, Sekar Rukun, Jong Islamieten Bond, Jong Celebes, Jong Ambon, Pemuda Kaum Betawi, dan PPPI membuka rapat pada tanggal 27 dan 28 Oktober 1928 di Jakarta. Sesudahnya menimbang segala isi pidato-pidato dan pembicaraan, maka kerapatan mengambil keputusan:
Pertama : Kami Putra dan Putri Indonesia mengaku bertumpah darah yang satu, tanah Indonesia
Kedua : Kami Putra dan Putri Indonesia mengaku berbangsa yang satu, bangsa Indonesia
Ketiga : Kami Putra dan Putri Indonesia menjunjung tinggi bahasa persatuan, bahasa Indonesia.
Setelah mendengar putusan ini, kerapatan mengeluarkan keyakinan asas ini wajib dipakai oleh segala perkumpulan-perkumpulan kebangsaan indonesia, mengeluarkan keyakinan persatuan indonesia diperkuat dengan memperhatikan dasar persatuannya: Kemauan, sejarah, hukum adat, pendidikan dan kepaduan. Keputusan tersebut, pada mulanya merupakan”IKRAR PEMUDA”, tetapi lama kelamaan terkenal dengan nama”SUMPAH PEMUDA”.
DAFTAR PUSTAKA
Pringgodigdo, A. K..1949.Sedjarah Rakjat Indonesia.Jakarta:Pustaka Rakjat.
Sudiyo.2004. Perhimpunan Indonesia.Jakarta:PT. Bina adiaksa dan PT. Rineka Cipta.
Suhartono.2001.Sejarah Pergerakan Indonesia.Yogjakarta:Pustaka Pelajar.
Tags:
Masa Pergerakan