1. Pengertian Kolonialisme
Kolonialisme berasal dari kata "colonia" dalam bahasa latin yang artinya tanah permukiman/ jajahan. kata colunus (colonia) yang berarti suatu usaha untuk untuk mengembangkan kekuasaan suatu negara diluar wilayah negara tersebut. Kolonialisme pada umumnya bertujuan untuk mencapai dominasi ekonomi atas sumber daya, manusia, dan perdagangan di suatu wilayah. Wilayah koloni umumnya adalah daerah-daerah yang kaya akan bahan mentah untuk keperluan negara yang melakukan kolonialisme.
Dari penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa, kolonialisme merupakan pengembangan kekuasaan sebuah negara atas wilayah dan manusia di luar batas negaranya, seringkali untuk mencari dominasi ekonomi dari sumber daya, tenaga kerja, dan pasar wilayah tersebut. Istilah ini juga menunjuk kepada suatu himpunan keyakinan yang digunakan untuk melegitimasikan atau mempromosikan sistem ini, terutama kepercayaan bahwamoral dari pengkoloni lebih hebat ketimbang yang dikolonikan.
2 Latar Belakang Kolonialisasi Inggris di Amerika
Sejak akhir abad pertengahan (abad XI-XII) di Eropa muncul fenomena penting dalam perjalanan sejarah, yakni tampilnya warga baru yaitu warga kota (paura) ddalam masyarakat Eropa pada abad pertengahan. Mereka itu memiliki peran penting dalam mengantarkan orang Eropa dari masa abad Pertengahan ke masa abad Modern.
Sejak abad XI kota Konstatinopel merupakan kota persimpangan jalan perdagangan yang amat strategis. Sejak abad XI Laut Tengah mulai berfungsi kembali sebagai lalu lintas perdagangan internasional. Pada saat itu juga telah muncul Kota-Kota dagang yang ramai seperti : Venesia, Psa, Gonea, Marseilla, Bercelona. Para pedagang dari Eropa menjalin perdagangan dengan dunia Timur dengan membawa barang-barang dagangannya seperti tekstil, kerajinan emas dan perak untuk ditukar dengan rempah-rempah atau barang dari Timur lainnya seperti kain sutera melalui dengan rute perdagangan rempah-rempah maupun rute darat (jalur sutera).
Pada abad ke VII perkembangn industri wol di Inggris meningkat cepat. Permintaan kain wol Inggris dari pedagang luar negeri seperti, Spayol, Portugis, Belanda, maupun Prancis bertambah banyak. Untuk memenuhi permintaan ini pemerintah Inggris mengalami kendala kurangnya bahan baku untuk industri kain wol, yaitu berupa bulu domba.
Untuk mengatasi permasalahan ini pemerintah Inggris yang dikenal sebagai Enclousure Movent yaitu suatu gerakan dari tanah pertanian ketanah padang rumput untuk budi daya peternakan domba di Inggris. Dampak dari kebijakan ini dalah rakyat Inggris banyak yang kehilangan tanahnya karena dijual atau disewakan pada pengusaha dalam jangka waktu yang lama, sehingga banyak penduduk desa yang pergi kekota Inggris untuk mencari pekerjaan di Industri kain wol.
Namun karena munculnya ketidakseimbangan antara jumlah pencari kerja dengan jumlah lapangan pekerjaan yang tersedia, maka kebayakan dari mereka menjadi gelandangan di kota sebagai seorang proletar dan hidup miskin sehingga menimbulkan permasalahan sosial-ekonomi di kota Inggris.
Mereka kemudian banyak yang mendaftarkan diri ebagai kuli kontrak ke kongsi-kongsi dagang (maskapai pelayaran) dan kemudian mereka dibawa kebenua baru. Dalam perkembangannya nanti berhasil melepaskan diri dan menjadi pemukim-pemukim di tanah koloni amerika. Sampai pada tahun 1630-an terjadi minggrasi yang besar dari Inggris ke amerika bagian utara.
3 Faktor Pendorong Kolonialisasi Inggris di Amerika
Adapun Faktor-faktor pendorong kolonialisasi Inggris di Amerika adalah sebagai berikut :
a) Mencari kebebasan beragama seperti yang dilakukan oleh kaum puritan yang melakukan ziarah (pilgrim) ke Amerika dengan mendirikan koloni Plymouth dan Teluk Massachusets, kaum Quaker di bawah pimpinan William Penn mendirikan koloni Pensylvania, kaum Katholik Roma di Inggris di bawah pimpinan Cecil Calvert bermigrasi ke Amerika dengan mendirikan koloni Maryland.
b) Orang-orang Eropa (Inggris) bermigrasi ke Amerika denga motivasi ekonomi, yaitu untuk mendapatkan segunung emas, seperti yang diperoleh orang-orang Spayol di belahan bumi selatan benua Amerika, atau mengikuti jejak para imigran sebelumnya yang sukses dalam budidaya tanaman temabakaudi koloni Virginia.
c) Untuk menghindari kewajiban militer yang sedang digalakkan oleh negara-negara di Eropa dalam upaya pemenuhan kebtuhan perang di Eropa. Adanya perang-perang diantara negara di Eropa tealah memaksa para penduduk untuk menjadi prajurit sukarela. Demikianlah orang-orang Eropa (Inggris) yang bermigrasi menetap di benua Amerika.
4 Awal Konialisasi Inggri di Amerika
Bangsa Inggris mencoba mendirikan permukiman di Pulau Roanoke tahun 1585, tetapi tidak berlangsung lama. Pada tahun 1607, permukiman Inggris pertama yang dapat bertahan berdiri di Sungai James di Jamestown, Virginia, yang memulai Perbatasan Amerika. Permukiman ini didirikan oleh John Smith, John Rolfe, dan orang-orang Inggris lainnya yang tertarik dengan kekayaan dan petualangan.
Koloni ini hampir gagal bertahan dan mengalami kesusahan selama puluhan tahun karena penyakit dan kelaparan, hingga akhirnya mengalami keberhasilan setelah adanya gelombang baru pemukim tiba pada akhir abad ke-17 yang mendirikan pertanian komersial berbasis tembakau. Antara akhir 1610-an dan Revolusi, Inggris mengirimkan sekitar 50.000 narapidana ke koloni di Amerika.
Satu contoh konflik yang parah adalah pemberontakan Powhatan 1622 di Virginia, di mana suku Indian membunuh ratusan pemukim Inggris. Konflik terbesar antara suku Indian dan pemukim Inggris pada abad ke-17 adalah Perang Raja Phillip di New England. Perang Yamasee di Carolina Selatan juga menghasilkan banyak korban.
New England pada awalnya dihuni oleh orang Puritan yang mendirikan Koloni Teluk Massachusetts pada 1630, meskipun sudah ada ada satu permukiman kecil pada 1620 oleh sekelompok orang Inggris yang dijuluki Pilgrim Fathers (orang yang melarikan diri karena berselisih paham dengan gereja) di Koloni Plymouth. Alih-alih menemukan emas, Pilgrims dan Puritan lebih tertarik untuk membuat masyarakat yang lebih baik, yang mereka juluki "kota di sebuah bukit." Roger Williams, yang ditendang keluar dari Massachusetts, mendirikan koloni di Rhode Island tahun 1636.
Koloni Tengah, terdiri atas negara bagian New York, New Jersey, Pennsylvania, dan Delaware modern, dicirikan oleh tingkat keragaman yang tinggi. Upaya pertama untuk mendirikan permukiman Inggris di selatan Virginia adalah Provinsi Carolina. Sementara koloni yang terakhir berdiri di antara Tiga Belas Koloni adalah Koloni Georgia yang berdiri pada 1733.
5 Pengambilalihan Koloni New Netherland dari Belanda ke Pemerintah Inggris
Tanah koloni Belanda yang dinamakan New netherland, setelah perang Inggris-Belanda berakhir (Anglo-Dutch War) yang berlangsung hingga tiga kali dan berakhir 1674 untuk kemenangan Inggris.
Sebenaranya pada Perang Inggris-Belanda yang kedua, New netherland sudah jatuh ketangan Inggris yang kemudian diganti nama menjadi New York. Kekuasaan Inggris ditanah koloni Belanda tetap disambut baik oleh orang-orang Belanda. Kebebasan beragama tetap boleh dijalankan. Bahkan didaerah koloni New York karena terjalin hubungan yang baik antra orang-orang Inggris dan Belanda, timbul golongan Aristrokrasi yaitu Anglo-Dutch baru yang mendasarkan atas kepemilikan tanah.
Koloni New York segera menjadi kota yang penting, hal ini dikarenakan the Duke’s Law, suatu Undang-Undang yang mengatur monopoli para pedagang aristrokrat dalam monopoli perdagangan ekspor dan impor yang melalui New York. Meskipun kota New York memperoleh keuntungan, namun memperoleh akibat negatif yaitu selama dua abad penduduk di Pulau Lang Island dekat dengan New York melakukan penyelundupan dan melakukan tindakan penyimpangan dari undang-undang tersebut.
Sebagai akibat negatif dari the Duke’s Law, maka New York dimasukkan kedalam Dominion New England dibawah Gubernur Andros yang berkuasa penuh di New England. Ketika pengaruh the Glorius Revolution sampai di New York, mulai muncullah kaum demokratik di bawah pedagang Jerman, Leisler, yang menentang kaum Aristrokratik.
6 Wilayah Kolonial Inggris di Amerika
Pada tahun 1733, terdapat tiga belas koloni. Koloni-koloni ini biasanya dikelompokan menjadi New England, koloni-koloni Tengah dan Selatan. New Englan terdiri dari New Hampshire (1629), Massachusetts (1629), Rhode Island (1633) dan Connecticut (1662). Selanjutnya koloni-koloni Tengah melipti New York (1664), New Jersey (1664), Pennsylvania (1681), dan Delaware (1681). Serta koloni bagian Selatan meliputi Maryland (1632), Virginia (1607), Carolina Utara (1729), Carolina Selatan, dan Georgia (1732).
Masing-masing koloni mencerminkan asal-usul yang beragam dan beberapa diantara koloni tersebut merupakan pertumbuhan dari koloni yang telah ada sebelumnya.
Bentuk koloni Inggris di Benua Amerika sebagaian besar berupa korporasi atau kerjasama saham dalam maskapai-maskapai perdagangan (kongsi dagang). Maskapai-maskapai tersebut telah memberikan uang sewa kepada Raja Inggris. Pemerintah Inggris mengelola koloni di Benua Amerika dengan menunjuk seorang wakil raja yang ditugaskan ketanah koloni dengan mengemban tugas:
a) Menyelenggarakan pemerintah jajahan Inggris di tanah koloni.
b) Menyelenggarakan sistem perekonomian merkantilisme anatara tanah koloni dengan negeri induk.
c) Memberantas perdagangan gelap.
Seorang wakil Raja mendapatkan gelar jabatan Gubernur jendral di tanah koloni. Bentuk koloni lainnya adalah para imigran yang datang ke tanah koloni mendirikan koloni secara swadaya dan swasembada, namun harus menaati penyelenggaraan pemerintahan Inggris di tanah koloni. Selain itu, koloni didirikan oleh keluarga Raja Inggris atau keluarga bangsawan yang meminta izin dan meminta uang sewa kepada Raja Inggris untuk mendirikan koloni di Benua Amerika. Bentuk koloni yang demikian ini juga mengakui penyelenggaraan pemerintahan jajahan Inggris di Benua Amerika.
7 Karakteristik Kolonialisasi Inggris di Amerika
Karakteristik pemerintahan kolonial Inggris di Amerika adalah langkanya pengaruh kontrol yang dijalankan oleh pemerintah Inggris. Dalam tahap awal masa pertumbuhan sampai suatu batas masa perkembangan koloni-koloni yang semakin meluas, pemerintah Kerajaan Inggris tidak ikut serta secara langsung dalam pendirian koloni yang manapun kecuali Georgia, dan secara berangsur-angsur ambil bagian dalam memberikan pengarahan-pengarahan politik di koloni-koloni.
Secara faktual, raja menyerahkan kedaulatan langsung atas pusat-pusat pemukiman di koloni-koloni k43epada kongsi-kongsi dagang dan pemegang hak, tentu saja belum berarti bahwa para kolonis di Amerika harus bebas dari pengawasan luar.
Sementara itu awal berdirinya koloni di New York dan Georgia melewatkan prosedur seperti yang ditempuh oleh koloni Virginia, pennsylvania, Carolina, dan koloni-koloni lainya. Namun pada kedua koloni tersebut , syarat-syarat pemerintahan berumur pendek, karena penduduk koloni menuntut perwakilan dalam pembuatan peraturan dengan begitu gigihnya , sehingga para pengusaha segera mengabulkannya.
8 Pengaruh Kolonialisasi Inggris di Amerika
1. Religi
Koloni memiliki ciri berupa keragaman keagamaan, dengan banyaknya Kongresionalis di New England, Reformasi Jerman dan Belanda di Koloni Tengah, Katolik di Maryland, dan Prebisterian Skotlandia Irlandia di perbatasan. Banyak pejabat kerajaan dan pedagang adalah penganut Anglikan.
Pada awal tahun 1700-an, relijiusitas amat meluas melalui kemunculan suatu gerakan keagamaan yang disebut Gerakan Kebangunan Rohani Pertama, yang dipimpin oleh pengkotbah seperti Jonathan Edwards.
Gerakan Kebangunan merupakan salah satu peristiwa pertama dalam sejarah Amerika yang merupakan "pergerakan besar", atau sesuatu yang melibatkan banyak orang Amerika. Gerakan Kebangunan Rohani, bersama dengan Penghukuman Penyihir Salem, merupakan tanggapan atas situasi Amerika saat itu, dan mungkin memengaruhi pemikiran yang digunakan dalam Revolusi Amerika.
Evangelis Amerika yang terpengaruh Kebangunan menambahkan penekanan baru dalam pencurahan ilahi dari Roh Kudus dan konversi yang mengajarkan kepada para penganut baru cinta intens pada Tuhan. Kebangkitan itu mengemas keunggulan itu dan memajukan evangelikalisme yang baru dibentuk menjadi republik awal, memberi tempat bagi Gerakan Kebangunan Rohani Kedua, yang dimulai pada akhir 1790-an.
2. Ekonomi
Pada tahun 1733, terdapat tiga belas koloni. Koloni-koloni ini biasanya dikelompokan menjadi New England (New Hampshire, Massachusetts, Rhode Island dan Connecticut), koloni-koloni Tengah (New York, New Jersey, Pennsylvania, Delaware), dan Selatan (Maryland, Virginia, Carolina Utara, Carolina Selatan, dan Georgia). New England memiliki peternakan-peternakan kecil, dan lebih bertumpu pada perikanan, perkapalan, dan industri-industri kecil.
Koloni Selatan memiliki perkebunan tembakau dan kapas. Kebun-kebun ini awalnya digarap oleh pekerja yang bersedia bekerja beberapa tahun dengan upah pintu masuk ke Amerika dan tanah, lalu oleh budak. Koloni tengah memiliki peternakan berukuran kecil, dan dikenal memiliki budaya dan kepercayaan yang beragam.
Ketigabelas koloni tersebut terikat dengan "ekonomi Atlantik", yang meliputi penggunaan kapal untuk perdagangan budak, tembakau, rum, gula, emas, rempah-rempah, ikan, kayu, dan barang hasil produksi, antara Amerika, Hindia Barat, Eropa, dan Afrika.[35][36] New York, Philadelphia, Boston, dan Charleston merupakan kota dan pelabuhan utama pada masa itu.
3. Sosial dan Budaya
Perkembangan koloni merupakan hal yang buruk bagi penduduk asli Amerika. Mereka kehilangan negeri mereka, dan banyak dari antara mereka yang meninggal akibat variola, penyakit yang dibawa bangsa Eropa ke Amerika.
DAFTAR PUSTAKA
Habibah, Ummi dan bagus Muslih Ma’arif. 2008. “Sejarah Amerika”. Jakarta: Bengawan Ilmu.
Krisnadi, IG. 2012. “Sejarah Amerika Serikat”. Yogyakarta : Ombak.
Yusi A. Pareanom. 2004. “Garis Besar Sejarah Amerika”. Jakarta: Badan penerangan amerika serikat.
http://id.wikipedia.org/wiki/Kolonialisme. Diunduh pada hari Selasa, 1 April 2014. Pkl 14:24 WIB.
http://www.google.co.id/Sejarah%20Amerika/Sejarah%20Amerika%20Serikat. Dinduh:1-04-2014.pkl: 20:13WIB
Tags:
Sejarah Internasional